
Di dalam kehidupan sehari-hari, kamu pasti pernah melihat konten toxic positivity di media sosial. Daripada hati gerah ngeliatin konten kayak gitu, mending ikutin cara ampuh agar tehindar dari lingkungan yang penuh dengan toxic positivity berikut ini.
GenKreativv masih ingat gak, di artikel sebelumnya kami pernah membahas tentang apa itu toxic positivity. Singkatnya, toxic positivity adalah gagasan yang dilontarkan kepada orang lain untuk selalu bahagia dan berpikir positif tapi dengan cara yang memaksa.
Yap, sikap seperti ini memang sudah tidak bisa dihindari lagi. Entah itu datang dari diri sendiri ataupun orang lain. Apalagi sikap ini berbeda tipis dengan makna optimisme yang sering digunakan sebagai salah satu cara agar tetap semangat.
Apa itu toxic positivity tentu membawa dampak negatif yang nantinya bisa berujung pada malapetaka. Maka dari itu, kamu mesti banget mencari cara untuk menghindarinya sebelum terlambat. 😖
Di artikel kali ini kami bakal membagikan cara ampuh agar kamu bisa terhindar dari lingkungan yang penuh dengan toxic positivity. Yuk kita simak sama-sama!
Menerima Setiap Emosi yang Sedang Dirasakan
Langkah pertama agar kamu terhindar dari toxic positivity adalah dengan menerima setiap emosi yang sedang dirasakan. Maksudnya, jangan pernah mengelabui dirimu, GenK. Kenali setiap emosi yang muncul dan cari tahu bagaimana perasaanmu setelahnya.
Mungkin kamu akan bertanya-tanya kenapa harus melakukan hal demikian yah? 🤨
Ketahuilah bahwa menerima emosi yang muncul akan membuatmu lebih cepat tenang, karena nanti mereka akan hilang dengan sendirinya daripada harus membohongi perasaan sendiri. Kedengarannya memang sederhana, tapi sebenarnya dibutuhkan keberanian dan kemauan diri untuk dapat menerima setiap emosi yang muncul.
Ibarat potongan pantun tuh, “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.
Self-Compassion

Ilustrasi menyalahkan diri sendiri (sumber: pexels.com)
“Ini semua salah saya, seharusnya saya tidak melakukan itu tadi.” 😫
Siapa yang pernah self-talk seperti itu? Kalau kamu termasuk salah satunya, berarti kamu harus segera menghilangkan kebiasaan tersebut, GenK.
Jika dibiarkan berlarut-larut, omongan tersebut bakal tertanam di alam bawah sadar dan jika ada masalah baru kamu akan menyalahkan diri sendiri.
Lalu bagaimana cara menghentikannya? 🤔
Mungkin kamu harus belajar tentang apa itu self compassion, GenK.
Buat kamu yang belum tahu, self compassion adalah hal yang dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada diri sendiri ketika sedang mengalami penderitaan, kegagalan, atau berbuat kesalahan dengan tidak menghakimi atas kekurangan dan ketidaksempurnaan diri.
Belajar sedikit demi sedikit saja supaya lama-lama menjadi kebiasaan, GenK.
Tidak Selamanya Hidup Itu Bahagia

Wefie bersama teman-teman (sumber: pexels.com)
Pernah gak sih kamu merasa iri dengan kehidupan teman-temanmu di Instagram? 🙁
Meskipun di Instagram seakan semua orang bahagia 24 jam non stop karena terus-terusan mengunggah foto yang bahagia, tetapi penting juga untuk menyadari bahwa setiap manusia pasti pernah merasakan emosi yang negatif, GenK. Karena konten di Instagram bisa jadi hanya bagian dari personal branding di medsos.
Katakan jika kamu sedang lelah dan katakan juga jika kamu sedang sedih. Ini bukanlah sesuatu yang memalukan dan harus disimpan rapat-rapat sendirian. Bisa-bisa malah terkunci di benakmu yang semakin lama akan diproses oleh otak. Alhasil sikap toxic positivity terus melekat di dalam dirimu deh.
Perasaan tidak bahagia adalah bagian dari kehidupan. Coba kenali perlahan-lahan, mana tahu bisa membuat kamu merasa sedikit lebih damai. 😊
Deep Acting
Bagaimana karaktermu di kantor? Apakah kamu orang yang ramah atau mungkin orang yang ceria dan penuh semangat?
Padahal karakter tersebut tidak sepenuhnya sama dengan karakter aslimu. Sehingga kamu baru bisa melepas topeng ketika sudah sampai di rumah. Kalau gini sih bisa menjadi bibit-bibit toxic positivity. 😱

Topeng (sumber: steemitimages.com)
Nah, sekarang coba ubah akting tersebut menjadi akting yang lebih mendalam. Perasaan bahagia dan bersemangat yang sering kamu gunakan untuk personal branding di kantor diubah menjadi karakter aslimu, GenK.
Sayang banget kan kalau sikap positif tersebut hanya dijadikan sebagai tampilan luar, padahal di dalamnya tidak merasa bahagia sama sekali. Hal ini bisa bikin kamu cepat lelah.
Alih-alih menggunakan topeng, coba deh rasakan emosi tersebut. Lama-lama akan berubah menjadi karakter aslimu jika sudah terbiasa. 🤭
Coba Menulis

Menulis apapun yang mengganjal pikiran (sumber: pexels.com)
Cara berikutnya yang paling ampuh untuk terhindar dari lingkaran toxic positivity adalah dengan membuat jurnal atau tulisan. Seperti yang dikatakan oleh Beth Jacobs, Ph.D pada bukunya yang berjudul Writing for Emotional Balance: A Guided Journal to Help You Manage Overwhelming Emotions, yaitu:
Journals are like a checkpoint between your emotions and the world.
Apabila kamu merasa ada hal yang mengganggu pikiran dan membuat resah, coba tuliskan saja. Ini merupakan bentuk meditasi alternatif buat kamu yang tidak mudah mengungkapkan sesuatu dengan berbicara. 😁
Tidak perlu bingung, karena kamu bisa menulis di selembar kertas, buku catatan, ponsel, atau laptop. Apa pun medianya tidak masalah yang penting bikin kamu nyaman. Jangan biarkan sikap toxic positivity menghalangimu, GenK.
Simpulan
Itu dia langkah-langkah yang bisa kamu jadikan sebagai cara ampuh untuk terhindar dari lingkungan yang penuh dengan toxic positivity. Jangan biarkan sifat negatif ini merugikan dirimu atau orang lain yah.
Masih kepo sama apa itu toxic positivity atau konten lainnya? Nah, sebagai creative content platform, kreativv ID berkomitmen untuk menyediakan konten-konten berkualitas seputar industri kreatif khusus buat kamu, GenK. Makanya kunjungi terus blog kami dan subscribe ke newsletter untuk mendapatkan konten terbaik langsung ke emailmu.