
Di tengah merebaknya pandemi COVID-19 di dunia, namun ternyata ada salah satu fenomena alam yang tak bisa dilewatkan. Salah satunya adalah fenomena bulan purnama. Bukan purnama biasa, namun supermoon cantik yang berwarna pink. Fenomena tersebut telah terjadi pada 7-8 April lalu. Agar ridak keliru, berikut sedikit penjelasan mengenai supermoon atau bulan purnama yang harus kamu tahu.
Apa itu Supermoon?

Supermoon. (Sumber: Mongabay Indonesia/Anton Wisuda)
Istilah Supermoon diciptakan pada tahun 1979 oleh seorang ahli bernama Richard Nolle. Sebutan ini menjadi istilah yang semakin populer dan ramah media dalam beberapa dekade sejak itu.
Menurut NASA, istilah ini digunakan oleh media hingga saat ini untuk menggambarkan apa yang para astronom sebut bulan purnama perigean, yaitu bulan purnama yang terjadi di dekat atau pada saat bulan berada pada titik terdekatnya dalam orbitnya di sekitar Bumi. Berkat efek optik yang dikenal sebagai ilusi Bulan, Bulan Purnama bisa tampak besar ketika naik di belakang objek yang jauh di cakrawala. Supermoon tampak sangat mengesankan.
Super Pink Moon

Supermoon. (Sumber: Twitter/Airlangga Yudha)
Super Pink Moon atau bulan purnama pink adalah nama yang disematkan untuk sebuah fenomena supermoon yang terjadi pada bulan April. Penambahan nama pink diambil dari bunga-bunga yang mulai bermekaran di bulan ini. Nama tersebut utamanya diambil dari bunga Wild Ground Phlox yang mekar bulan April ini.
Walau bernama pink, sebenarnya bulan tak akan benar-benar tampak berwarna pink, melainkam sedikit berwarna oranye. Warna ini terjadi ketika Bulan yang baru terbit, terpengaruh oleh kondisi atmosfer di Bumi. Selain itu, nitrogen dan oksigen yang ada di atmosfer Bumi juga berubah menjadi filter kebiruan.
Hal tersebutlah yang menimbulkan efek oranye pada bulan yang biasanya bercahaya putih. Efek yang terjadi serupa dengan semburat oranye ketika matahari tenggelam. Sementara itu, jika berwarna kemerahan, hanya terjadi pada fenomena gerhana Bulan yang dikenal dengan istilah Blood Moon.