
Apa itu standar kecantikan? Beberapa waktu belakangan ini standar kecantikan kerap kali menjadi perdebatan dan pergunjingan warga media sosial. Tanpa disadari, banyak orang yang sering mengkotak – kotakkan persepsi perihal kecantikan fisik, yang pada akhirnya berujung dengan membanding – bandingkan. Individu A parasnya tidak lebih baik daripada individu Z. Lalu, apa sih definisi dari beauty standards?
Defenisi Beauty Standards
Mengutip bartleby.com dalam artikel Beauty : The Definition Of Beauty And Beauty Standards, “Beauty standards are often defined in terms of hairstyles, skin color, and body size. The measures involved in having to live up to these standards are often risky in nature. For decades, what is seen as beautiful is centered around a women’s weight and size. Today, that standard is often defined as being thin.”
Dalam terjemahan tidak bakunya adalah standar kecantikan sering didefinisikan dalam hal gaya rambut, warna kulit, dan ukuran tubuh. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memenuhi standar-standar ini seringkali berisiko. Selama beberapa dekade, apa yang dianggap cantik berpusat pada berat dan ukuran tubuh wanita. Saat ini, standar itu sering didefinisikan dengan memiliki tubuh yang kurus.
Menurut pendapat penulis pribadi, kecantikan tidak memiliki standar. Karena sifatnya yang relatif, seseorang yang menurut saya cantik atau tampan belum tentu sama indahnya dimata orang lain. Oleh karena tidak ingin mempunyai satu sudut pandang saja, maka saya menanyakan definisi standar kecantikan kepada teman dan kerabat perempuan. Mari simak definisi standar kecantikan menurut mereka.
PK – Jakarta berpendapat :
“Menurut saya kecantikan sejati seorang perempuan tidak bisa dilihat dari tampilan luarnya saja, karena banyak perempuan yang membangun bangsa ini dimasa lalu dan hingga sekarang mereka diingat dan direkam sejarah, bukan karena kecantikan fisiknya, melainkan jasa dan kontribusi yang mereka berikan. Bagi saya itulah kecantikan sesungguhnya. Mereka membawa pengaruh dan pola pikir yang luar biasa. Kecantikan itu tidak hanya dari apa yang terlihat saja, namun karakter, kelembutan hati yang penuh kepositifan dan serta keunikan yang dimiliki pribadi masing – masing, yang membuat kecantikan dari dalam perempuan itu nyata terpancar. Cantik itu masalah selera, ada yang bilang si A cantik sekali, namun ada yang berkata biasa saja.”
JM – Jakarta, mengatakan :
“Kecantikan tidak memiliki standar, there is no standard in beauty. Semua orang itu unik dan spesial dengan caranya sendiri – sendiri, tidak bisa dikotak – kotakkan, yang terpenting adalah sikap dan hati yang baik. Jadi menurut saya orang – orang tidak bisa memberikan standar bahwa cantik itu harus begini dan begitu, karena setiap individu itu berbeda – beda, unik dan masing – masing individu itu adalah karya agung dari Sang Pencipta.”
NV – Jakarta, mengutarakan opininya :
“Beauty standards? Do not fear judgement. People fear of judgement as much as ever! Believe me, siapapun yang menciptakan standar kecantikan mungkin dia adalah orang yang paling tidak bahagia. Saya punya bintik – bintik natural pada wajah, kening saya lebar, kulit muka saya tidak rata warnanya, dagu saya pendek. Tapi saya tidak peduli, saya percaya diri kemana – mana dengan muka tanpa riasan.”
NS – Jakarta, berkata :
“Sejujurnya, kalau dengar kata cantik itu yang muncul di hati terdalam dan pikiran saya, merujuk pada cantik secara fisik. Karena memang standar umum begitu adanya. Dari kecil kita diajak menilai bahwa cantik itu secara fisik. Untuk saya sendiri, standar kecantikan itu kita yang buat. Tidak peduli pendapat orang, kalau merasa cantik maka kamu itu cantik. Saya sendiri akan merasa cantik saat saya berpenampilan rapi, bersih dan wangi, pakaian saya juga harus bagus, serta tidak lupa untuk bahagia dengan diri sendiri. Saat bahagia dengan diri sendiri, aura kita akan berbeda. Saya menjadi percaya diri. Tidak peduli dengan standar yang dunia berikan, yang katanya cantik itu harus langsing, berkulit putih dan berbadan tinggi dll. Walaupun kita memiliki badan yang gempal, kulit sawo matang, berjerawat, rambut keriting, rambut pendek, tapi kalo kita bahagia dengan diri kita sendiri, maka kita akan menyadari bahwa kita itu cantik.”
AQ – Jakarta, memberikan opini :
“Saya buat perbandingan, dulu sebelum saya mengenal yang namanya penerimaan diri, standar kecantikan saya mengikuti standar seperti, fair skin, hidung mancung, kurus. Sampai pada akhirnya saya merasa lelah dengan pendapat orang mengenai standar tersebut, tapi sekarang saya merasa bahwa, the beauty is within yourself, how I love myself and how I accept myself as it is.”
ES – Jakarta, berpendapat :
“Beauty standards menurut saya adalah pandangan dari seorang individu yang mengenal dirinya, ketika dia tahu dimana kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Baik kecantikan secara fisik maupun kecantikan dari dalam. Waktu individu ini tahu kelebihannya, maka ia mampu memaksimalkannya. Kalau dia tahu kekurangannya, maka dia juga bisa membenahinya.
Banyak juga orang yang mengatakan tentang penerimaan diri, walaupun kurang harus diterima. Menurut saya, apabila seseorang menerima kekurangannya berarti orang tersebut harus menerimanya dan kemudian meningkatkan kapasitas dirinya, kecuali apabila kekurangan tersebut sudah tidak bisa diubah lagi. Selain itu, seorang yang cantik itu bukanlah individu yang suka mengukur atau membanding – bandingkan yang satu dengan yang lain. Penampilan luar tidak terlalu menjadi hal yang sangat esensial bagi saya, tidak perlu sampai harus melakukan perubahan diri atau wajah dengan jalan operasi. Namun, menurut saya yang terpenting adalah bagaimana kita merawat dan membawakan diri kita di lingkungan. Individu yang pintar, memiliki hati yang baik serta cara bicara yang cakap, berwawasan luas, mampu memberikan pengaruh yang positif bagi lingkungan sekitarnya, itulah kecantikan sebenarnya, the real beauty.”
Setelah mendapatkan pandangan dari beberapa teman dan kerabat perempuan tentang standar kecantikan, saya pun menjadi yakin bahwa beauty has no standards. Menurut pemaparan beberapa teman diatas, esensi dari kecantikan itu bersumber daripada hati yang kemudian terpancar keluar. Tidak ada yang salah dengan melakukan perawatan dan merias diri, karena kita semua pasti ingin memberikan representasi yang terbaik dari diri kita, be the best version of ourselves.