Game & Teknologi

Capcom Studio: Naik Turun Pengembang Game Resident Evil

Sebagai seorang gamer, kamu pasti familiar dengan game Resident Evil yang populer, bukan? Tak hanya di PC, kamu juga banyak menemukan game itu dalam Play Station hingga XBox. Game besutan Capcom ini juga baru saja merilis seri Resident Evil 3 Remake pada Jumat (3/4/2020). Ini merupakan remake dari game legendaris Resident Evil 3: Nemesis yang rilis pada 1999 di konsol PS 1.

Di tahun lalu, Capcom memang semat merilis Resident Evil 2 remake dan mendapat kesuksesan. Sama seperti game terdahulunya, Resident Evil 3 menceritakan soal upaya Jill Valentine untuk kabur dari Racoon City yang sudah dipenuhi zombie. Terlepas membicarakan game populer Resident Evil, ada baiknya untuk mengenal perusahaan yang memproduksinya, Capcom.

Capcom Studio

Capcom. (Sumber: VGA4A)

Capcom adalah sebuah  perusahaan yang memproduksi perangkat lunak video games. Perusahaan ini memiliki kantor yang ada di  beberapa negara seperti Tokyo, Osaka, California, England, Germany, dan Hong Kong yang memiliki banyak franchise perusahaan.

Selama lebih dari 20 tahun  menggeluti dunia video games, perusahaan ini telah banyak menciptakan ikon permainan dari Mega Man dan Street Fighter yang kemudian menginspirasi hadirnya Resident Evil dan seri Devil May Cry.

Perjalanan Awal Capcom Studio

Game Vulgus. (Sumber: Youtube)

Capcom pertama kali didirikan pada 1983 oleh perusahaan pengembang dan distributor permainan video Japan Capsule Computers. Penamaan Capcom sendiri berasal dari akronim dari Capsule Computer. Perusahaan ini memiliki tujuan untuk menciptakan pengalaman baru bermain video games bagi pemainnya yang akan melampaui pengalaman yang dirasakan ketika memainkan permainan ini.

Pada 1984, Capcom menciptakan video game pertamanya yang bernama Vulgus. Setelah perilisan itu, Capcom jadi banyak menciptakan permainan video yang pada masa itu umumnya ditujukan untuk dimainkan di mesin-mesin arcade.

Di tahun 1987, Capcom resmi merilis Street Fighter yang merupakan seri pertama dari jenis permainan pertarungan yang populer. 4 tahun berselang, Capcom kembali merilis seri kedua dari Street Fighter yang populer dan sangat berkembang. Bahkan game ini yang menyebabkan populernya permainan video game bergenre pertarungan seperti kemunculan Mortal Kombat hingga Killer Instinct. Tak hanya Street Fighter, di tahun 1987 Capcom juga meliris sebuah permainan video Mega Man yang juga termasuk ke dalam game populer.

Capcom dan serial Marvel

Capcom dan Marvel. (Sumber: YASIR252)

Di pertengahan 1990-an, Capcom mengangkat permainan dengan tokoh yang diterbitkan dari komik populer Marvel Comics. Tak beda jauh dengan permainan sebelumnya, permainan hasil kerja sama dengan Marvel ini  juga bergenre pertarungan dan side-scrolling.

Walau begitu, yang membuat unik adalah beberapa permainan pertarungan itu dibuat berdasarkan hasil kombinasi antara tokoh-tokoh dari komik Marvel dengan tokoh permainan video Capcom. Beberapa hasil produk kerja sama mereka adalah  X-Men vs Street Fighter dan Marvel vs Capcom, Strider, Jin, Hayato (Capcom), Blackheart, Spiral, dan Shuma-Gorath (Marvel).

Selain permainan arcade ataupun permainan hasil kerja sama dengan Marvel, pada tahun 1994, Capcom merilis sebuah game bernama Breath of Fire untuk konsol Super Nintendo Entertainment System (SNES). Permainan video tersebut merupakan permainan video pertama mereka yang bergenre RPG dan mendapatkan sambutan yang positif dari para pecinta video games.

Jatuh Bangun Capcom

Capcom. (Sumber: murdockruz)

Walau Capcom terlihat sangat sukses dan memiliki banyak anak perusahaan, nyatanya perusahaan sebesar Capcom juga pernah mengalami jatuh bangun. Berambisi untuk terus tumbuh besar dan dapat mengambil hati pasar global lebih jauh, membuat Capcom sempat lupa diri.

Hal ini berimbas pada perombakan besar-besaran yang terjadi di game populer Capcom seperti Resident Evil dan juga Devil May Cry. Devil Nay Cry sendiri bahkan dikembangkan oleh developer lain, yaitu Ninja Theory yang berasal dari Inggris. Tak hanya itu, sejumlah proyek Capcom lainnya juga dialihkan atau diserahkan kepada tenaga oursourcing lain hingga kebanyakan malah berujung nengecewakan. Akibatnya, hasil penjualannya jadi berada di bawah game sebelumnya hingga mendapat banyak protes dari penggemar.

Kejatuhan Capcom pun begitu terasa terlebih laporan keuangan Capcom di tahun 2012 menjadi lampu merah, pertanda bahwa sudah seharusnya ada sesuatu yang berubah. Di tahun ini, akhirnya Capcom mengakui bahwa strategi outsourcing mereka telah jadi bumerang.

Dengan kesadaran tersebut, Capcom kembali melakukan perombakan besar-besaran lagi dalam pengembangan game mereka. Begitu besarnya, sampai-sampai mereka harus mengumumkan kondisi “special loss” atau kerugian khusus di tahun 2013. Capcom harus mengeluarkan banyak dana senilai kurang lebih 7 miliar yen (sekitar Rp873 miliar) untuk restrukturisasi serta revisi strategi bisnis dan pengembangan game demi tekat menjaga kualitas game.

Akhirnya, demi tekad menerbitkan produk dengan kualitas terbaik, Capcom pun harus mengkaji ulang sejumlah judul yang sedang dalam pengembangan, juga mengkaji ulang kerja sama mereka dengan studio-studio luar negeri. Sejumlah layanan game yang tidak menguntungkan ditutup, dan proyek-proyek outsourcing dikurangi. Capcom mulai fokus pada pengembangan game secara internal. Sementara dari segi strategi penjualan, mereka mulai lebih gencar mengadopsi distribusi game secara digital, begitulah cara Capcom mengatasi kejatuhannya.

Cynthia Wirawan

Kreativv ID

About author

Related posts
Game & Teknologi

eCPM vs CPM, Perbedaan dan Formulanya

Game & Teknologi

Pengen Merubah Foto Jadi Anime? Coba Aplikasi Ini!

Game & Teknologi

Billboards 3D, Bagaimana Baliho 3 Dimensi Sangat Menguntungkan untuk Bisnis

Game & Teknologi

Perubahan Algoritma Instagram di Tahun 2024 yang Wajib Diketahui