
Lingkungan baru, orang baru. Situasi kayak gini tidak jarang bikin kita nervous dan berhati-hati untuk berkomunikasi. Jangan khawatir, kami punya cara beradaptasi dengan lingkungan baru melalui komunikasi yang baik.
Memang, skill komunikasi punya peran penting di kehidupan personal dan profesional kita, GenK. Namun di lingkungan baru, berkomunikasi dengan baik bersama orang-orang dari berbagai latar belakang adalah sebuah tantangan.
Baik di lingkungan tinggal baru atau kantor baru, kemampuan untuk berkomunikasi efektif dengan rekan, atasan, dan tetangga merupakan hal mendasar yang perlu dikuasai.
Nah, di era digital, komunikasi efektif juga mencakup interaksi via telepon, email, dan media sosial, GenK. Jika kamu memiliki kemampuan komunikasi yang baik di lingkungan baru, skill ini akan membantumu untuk berhubungan baik di lingkungan rumah, mendapat pekerjaan, promosi, dan sukses di karier.
Bermula dari mendengar
Komunikasi identik dengan bicara dan pertukaran info. Namun, hal paling mendasar yang perlu kamu asah adalah telinga.
Yup, mendengar adalah jalan pertama untuk menjadi pembicara yang baik.
Di lingkungan kerja baru, pendengar yang baik cenderung lebih memahami tugas dan garis besar projek yang tengah berlangsung. Mendengar dalam konteks pekerjaan berarti kamu mampu memahami kebutuhan dan keinginan rekan di sekitar kamu lewat interaksi langsung. Rekan ini mencakup staf satu divisi, lintas divisi, atasan, manajemen, klien, hingga anggota komite di kantor.

Sumber: pexels.com
Di lingkungan personal, pendengar yang baik juga peka dengan situasi lingkungan sekitarnya, sehingga lebih mudah menyatu dan diterima. Pendengar yang baik menjadikan mereka bisa membangun hubungan dengan tetangga, atau teman, karena kemampuannya mendengar memungkinkan mereka menyelesaikan masalah.
Menjadi pendengar yang aktif pada dasarnya punya dua kunci, sebagai berikut:
1. Dengar dengan penuh perhatian
Sikap ini ditunjukkan juga dengan menjaga kontak mata, mengangguk, dan meniru bahasa tubuh lawan bicara, sampai ia selesai bicara. Gestur ini menunjukkan bahwa kamu benar-benar tertarik dengan apa yang sedang ia bicarakan.
2. Refleksi
Merefleksikan lawan bicara ditunjukkan lewat mengulang isi pembicaraan lawan bicara dengan kata-katamu sendiri. Sikap ini menunjukkan bahwa kamu mengerti apa yang mereka katakan.
Pendengar yang baik selalu berkeinginan untuk mengerti sepenuhnya apa yang lawan bicaranya ingin utarakan. Jadi ketika ada hal yang belum jelas,tanyakan saja dengan sopan. Bertanya juga jadi salah satu cara untuk memperlihatkan ketertarikanmu pada topik yang dibahas.
Pendengar yang baik mengkomunikasikan bahwa mereka mendengar dengan saksama lewat bahasa tubuh di atas. Di samping itu, kesan penasaran lewat ajuan pertanyaan juga memberi tanda bahwa kamu terbuka pada pemikiran, opini, dan perasaan orang lain.
Sebaliknya, pendengar yang buruk punya kebiasaan memotong pembicaraan lawan bicara sebelum usai. Kebiasaan jelek ini menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi kamu belum terasah, GenK.
Di sisi lain, terlalu banyak bicara juga menunjukkan kelemahan skill komunikasi, lho. Percakapan yang baik harus seimbang, masing-masing orang yang terlibat punya waktu setara untuk bicara.

Sumber: pexels.com
Ketika seseorang memonopoli pembicaraan, ia akan jadi kesulitan mendengarkan orang, karena lawan bicaranya pun kesulitan mengekspresikan pemikiran dan perasaannya dengan utuh. Salah-salah, terlalu banyak bicara meninggalkan impresi yang jelek.
Oya, melamun atau terlihat tidak fokus juga menunjukkan kalau kamu pendengar yang buruk. Menghindari kontak mata sampai berkali-kali mengecek gadget saat temanmu bicara adalah salah satu contohnya.