
“Kenapa ya aku aku selalu ngalah mulu? Kenapa ya aku kayak jadi korban disini? Sikap dia tuh kelewatan banget! Ah tapi kan aku nggak mau ada konflik, aku nggak mau hubungan pertemanan kita berantakan.”
Hayo siapa yang masih punya sikap nggak enakan? Baik itu sama temen, keluarga, ataupun orang asing. Rasanya tuh nggak enak banget ya genk, disaat kita selalu ada buat mereka dan bantu tapi saat kita butuh mereka nggak ada. Akhirnya kitanya makan hati doang.
Menjadi baik boleh, tapi jangan sampai kamu lupa sama diri kamu ya. Kita tetep harus punya batasan (boundaries) kepada orang-orang disekitar kita, termasuk keluarga kita loh genk. Tapi gimana caranya ya?
Cara nya adalah dengan menerapkan sikap asertif. Apa sih sikap asertif itu? Menurut buku assertiveness karya judy murphy (2011) asertif adalah bentuk komunikasi yang memberdayakan seseorang berbicara dan berdiri untuk diri mereka sendiri dengan jelas dan terhormat. Gampangnya, komunikasi asertif itu gimana cara kita menyampaikan apa yang kita mau dengan tetap menghormati orang lain.
Nah gimana sih contoh-contoh bersikap asertif? Dibawah ini ada beberapa skenario yang bisa kamu pahami gimana cara bersikap asertif.
#Case 1

Sumber Gambar : gokampus.com
Kamu sedang berada di ruang tamu lagi ngerjain skripsi, karena kamu tahu kalo di ruang tamu sepi. Lalu mama kamu dateng bawa kopi dan cemilan sambil ngajak ngobrol kamu.
Kamu merasa terganggu dengan keberadaan mama yang asik cerita tentang keponakan kamu dan enggak memahami kalo kamu lagi belajar. Disisi lain kamu mau negur mama tapi takut tersinggung.
Alih-alih bersikap agresif dan nyalahin mama karena nggak peka, kamu bisa menerapkan sikap asertif dalam situasi ini.
Katakan : “iya ya mah, emang si nana (nama keponakan) aneh2 aja tingkahnya, btw mah aku lagi ngerjain skripsi nih..
Jadi harus konsentrasi. Nanti malem kita lanjut ceritanya yak? Nanti ajak si kakak sekalian biar rame, gimana?”
#Case 2

Sumber Gambar : idntimes.com
Kamu sudah berumah tangga dan punya rumah sendiri, tapi karena rumah kamu dekat dengan orang tua, mereka jadi sering mampir ngecek kondisi rumah. Kebetulan mama kamu tipe orang yang bersih dan perfeksionis.
Tapi kamu merasa mama terlalu kritis karena sering ngecek rumah kamu dan di akhiri dengan marah-marah. Kamu merasa nggak nyaman karena ini rumah kamu dan kamu juga udah berusaha buat menata rumah sebaik mungkin.
Kamu bisa katakan “mah, aku sangat mencintaimu, aku tahu mama orangnya bersih dan rapi. Itu bagus ma, tapi aku rasa mama terlalu kritis akan hal ini di rumahku. Jadi, aku minta tolong mama tidak perlu kaya gitu lagi ya ma, itu membuat aku merasa cemas. Aku punya jadwal bersih-bersih sendiri kok dengan anggota keluarga disini.”
#Case 3

Sumber Gambar : cnn.com
Kamu mempunyai teman yang suka memberi label kepada temannya. Dia memang orang yang ceria, sangat terbuka, dan sedikit tidak sopan. Tapi kamu nggak nyaman karena kamu di panggil dengan sebutan “gendut”.
Kamu bisa katakan : “don, saat kamu manggil aku gendut, itu membuat aku merasa tidak dicintai. Kalo kamu mau berteman sama aku, aku pengen kamu pake kata-kata yang menunjukkan respect.”
Dari sini kita bisa melihat pola yang sama bukan? Bagaimana cara mereka membuat batasan dengan tetap menghormati orang lain. Kamu juga pasti bisa melakukan itu.
Tapi perlu diingat bahwa tidak ada yang instan. Kamu mungkin merasa aneh saat pertama kali melakukannya, atau kamu merasa bersalah karena terlalu galak dengan orang lain, itu enggak jadi masalah. Kuncinya adalah pahami prosesnya, bahwa realitanya kamu kadang berhasil, kadang gagal, it’s ok. Jadi, sudah siap untuk menerapkan nya?