
Jangan salah, lho, menguasai skill storytelling bukan tentang teknik, metode atau pun proses. Karena sejatinya storytelling digambarkan sebagai sebuah seni. Dan, sama seperti bentuk seni lainnya, kamu butuh kreativitas, visi, keterampilan, dan banyak-banyak latihan untuk bisa storytelling. Storytelling bukan sesuatu yang bisa kamu kuasai hanya dengan mempelajarinya dalam satu sesi. Kamu butuh proses trial-and-error yang panjang. Well, yups, terdengar seperti proses yang berat. Tapi setelah kamu benar-benar menguasainya, kamu akan memegang komponen penting dalam strategi marketing yang paling sukses ini. Storytelling marketing menjadi senjata paling ampuh untuk branding dan terkoneksi dengan audiens-mu di luar sana.
Selain itu, Storytelling adalah kunci yang sangat berharga sekaligus jantung untuk kamu tambahkan ke dalam strategi pemasaran. Karena itulah penting bagimu untuk menemukan rahasia dan menguasai skill storytelling yang indah agar bisa menarik audiensmu.
Intip tipsnya di bawah:
Kenali Siapa Audiensmu
Mengenali Audiens (Sumber : istockphoto.com)
Siapa yang ingin dengar ceritamu, siapa yang paling diuntungkan, siapa yang mungkin memberi respon. Itulah beberapa pertanyaan penting yang harus kamu perhatikan sebelum mulai menyusun naskah untuk storytelling Untuk membuat cerita yang menarik, pertama-tama kamu harus memahami audiensmu dan siapa yang akan merespons dan mengambil tindakan.
Lakukan riset tentang target pasarmu dan tentukan persona pembelimu. Setelah melalui proses ini, kamu akan lebih mengenal siapa yang mungkin membaca, melihat atau mendengarkan ceritamu.
Tentukan Pesan Inti yang Ingin Kamu Sampaikan

Temtukan Isi (Sumber : Retailmerchants.com)
Apakah ceritamu akan sepanjang satu halaman atau 20 halaman, 10 menit atau 60 menit, pastikan ceritamu punya pesan inti. Pesan inti itu sama seperti pondasi rumah yang harus didirikan sebelum dibangun.
Apakah ceritamu akan menjual produk atau mengumpulkan dana, menjelaskan layanan atau mendukung suatu masalah, cari apa inti dari ceritamu. Untuk membantumu, cobalah ringkas cerita yang kamu susun ke dalam enam atau 10 kata. Kalau nggak bisa, artinya ceritamu nggak punya pesan inti, guys.
Tentukan Jenis Cerita yang Mau Kamu Bawakan

Jenis Cerita (Sumber : Freepik.com)
Nggak semua cerita dibuat sama. So, untuk menentukan jenis cerita yang mau kamu bawakan, pertama-tama carilah tahu gimana perasaan atau reaksi audiensmu ketika mereka membaca. Ini akan membantumu menentukan gimana kamu akan merangkai cerita dan tujuan apa yang mau kamu kejar.
Jangan Lupa Sertakan Call-to-Action

Call to Action (Sumber : cloud.ca)
Apa yang sebenarnya kamu ingin audiens lakukan setelah mendengarkan, apakah kamu ingin mereka menyumbangkan uang, berlangganan buletin, mengikuti kursus atau membeli produk? Buat garis besar tentang jawabannya dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dan pastikan semuanya sejalan dengan tujuanmu.
Misalnya, apabila tujuanmu adalah untuk membina komunitas atau kolaborasi, maka CTA-mu bisa jadi adalah ‘klik tombol share di bawah’.
Pilih Media Marketing Untuk Storytelling-mu

Pilih Media (Sumber : cxoworldwide.com)
Ada berbagai bentuk storytelling. Apakah dibacakan langsung, ditonton atau didengarkan. Media yang kamu pilih tergantung dengan jenis cerita serta sumber dayamu, guys, seperti waktu dan uang.
Jenis dari story yang bisa kamu pilih adalah cerita tertulis, seperti artikel, blog atau buku; cerita lisan yang dibacakan secara langsung, seperti presentasi; cerita audio yang disajikan dalam rekaman, seperti podcast; atau cerita digital, seperti video, animasi, cerita interaktif atau mungkin juga game.
Tulis dan Susun Ceritamu

Susun Cerita (Sumber : Nagico.com)
Nah, setelah kamu menentukan pesan inti, tujuan audiens, dan CTA, selanjutnya tiba waktunya untuk mulai menulis dan menyusun ceritamu. Tambahkan detail dan berikan sedikit bumbu kreativitas ke dalam ceritamu sebelum dibagikan dan dipromosikan kepada seluruh dunia.
Gimana, guys, sudah siap unjuk diri dan menaklukkan pasar melalui skill storytelling marketing, kan?