
Perkembangan teknologi yang ada tentu juga membuat banyak perkembangan dalam media, salah satunya adalah media sosial. Walau teknologi sudah berkembang, media sosial yang ada kini justru berbenturan bagi hubungan sosial kolekrif dengan individu kita. Hal yang paling utama dalam mengakses media malah justru membuat kita menjadi mudah kecanduan.
Dilansir Lifewire, kecanduan jejaring sosial merupakan istilah yang biasanya digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang menghabiskan terlalu banyak waktu guna berselancar di media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.Jika tak dibatasi, aktivitas seperti ini bisa mengganggu aspek kehidupan keseharian lainnya.

Ilustrasi media sosial. (Sumber: pexels)
Tak hanya itu, media sosial sendiri kini banyak menunjukkan hal-hal yang banyak dianggap tidak benar atau patut untuk diikuti, seperti tren-tren yang sangat tidak berfaedah namun tak memiliki manfaat. Sudah kecanduan media sosial, lalu harus sampai mengikuti tren negatif di media sosial, tentu bukanlah hal yang patut untuk dicontoh.
Selain membuat kecanduan, tak jarang membuat kita para pengguna kerap menampilkan persona yang lain di setiap update-an media sosial kita. Kita seolah akan menggunakan topeng dan akhirnya mencerminkan persepsi masyarakat mengenai peran yang harus dimainkan dalam hidupnya. Singkatnya, persona itu adalah kepribadian publik, aspek-aspek pribadi yang ditunjukkan pada dunia atau pendapat publik mengenai individu sebagai lawan dari kepribadian privat kita.
Apa itu persona?

Ilustrasi update sosial media. (Sumber: BuzzinContent)
Carl Gustav Jung, seorang psikolog berkebangsaan Swiss menyatakan bahwa persona adalah sisi kepribadian seseorang yang ditunjukkan kepada dunia. Jung percaya bahwa setiap manusia terlibat dalam peranan tertentu yang dituntut oleh dunia sosial. Misalnya seorang politikus diharapkan menampilkan muka penuh keyakinan untuk memenangkan suara masyarakat dan aktor dituntut untuk memamerkan gaya hidupnya sesuai dengan keinginan publik.
Hal inilah yang terkadang banyak kita temui di berbagai media sosial. Meskipun persona merupakan sisi penting dalam kepribadian, sebaiknya kita tidak mencampurkan bagian yang ditampilkan di depan publik dengan diri kita, benar adanya jika kita harus diterima di masyarakat namun jika kita terlalu menggunakan persona/topeng maka kita akan kehilangan sentuhan inner self dan cenderung hidup hanya untuk memenuhi harapan sosial. Agar sehat secara psikologis maka kita harus mempertahankan keseimbangan antara harapan sosial dengan bagaimana kepribadian kita yang sebenarnya caranya adalah dengan mengurangi tingkat kepentingan harapan sosial.