
Jakarta, 3 Oktober 2019 – Isu perubahan iklim yang kian memprihatinkan sedang menjadi sorotan utama media dari seluruh dunia beberapa waktu belakangan. Kenaikan suhu global membawa banyak dampak negatif yang mengancam kelestarian lingkungan dan keselamatan bumi. Salah satu cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim adalah lewat pola makan kita, GenK.
Untuk itulah, Delegasi Uni Eropa bekerja sama dengan Istituto Italiano di Cultura Jakarta dan Burgreens, mengadakan acara yang bertajuk “Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung jawab ala Mediterania”, bertempat di Pusat Kebudayaan Italia, Jl. HOS. Cokroaminoto, Jakarta Pusat.
Kegiatan yang memadukan antara diskusi dan demo masak ini merupakan bagian dari Pekan Diplomasi Iklim Uni Eropa 2019, yang diselenggarakan serempak oleh negara-negara Uni Eropa di seluruh dunia mulai dari tanggal 23 September hingga 6 Oktober mendatang.

Pembukaan acara oleh Direktur Istituto Italiano di Cultura, Maria Battaglia (sumber: penulis)
Acara dibuka dengan sambutan dari Maria Battaglia selaku Direktur Istituto Italiano di Cultura Jakarta, beserta Michael Bucki yang merupakan Climate Change and Environment Counsellor di Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia.
Pada sesi pertama, presentasi mengenai pola makan ramah lingkungan atau yang dikenal dengan istilah climate-smart diet dibawakan oleh Burgreens. “Pola makan seseorang akan menghasilkan jejak karbon yang berbeda-beda. Menurut data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), seorang pecinta daging akan menghasilkan 3,3 CO2 per 2.600 kilo kalori dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Sedangkan seorang penganut pola makan vegan hanya menghasilkan 1,5 CO2 per jumlah kalori yang sama,” papar Co-Founder dan Managing Director Burgreens, Helga Angelina.
Tidak hanya itu, proses pembuatan produk-produk pangan yang berasal dari sumber hewani seperti sapi dan jenis ternak lainnya membutuhkan sumber daya yang besar. Hal ini tentunya membawa dampak negatif bagi lingkungan. Contoh kasus yang baru saja terjadi beberapa minggu silam adalah kebakaran hutan dan lahan di wilayah Amazon, Sumatera, dan Kalimantan.

Presentasi materi climate-smart diet oleh Managing Director Burgreens, Helga Angelina (sumber: penulis)
“Konsekuensi dari tingginya permintaan konsumsi daging sapi adalah deforestasi akibat kebutuhan lahan ternak yang luas, pemborosan penggunaan air, tingginya jumlah limbah yang tidak tertangani lagi, hingga perubahan iklim. Ini semua terjadi akibat proses produksi dan konsumsi yang kurang bertanggung jawab. Padahal, jumlah pakan yang kita berikan ke ternak bisa dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan pangan 4 milyar manusia yang makan protein nabati,” jelas Helga.
Setelah sesi presentasi selesai, acara kemudian dilanjutkan ke demo masak yang dibawakan langsung oleh Co-Founder dan Executive Chef Burgreens, Max Mandias. Pada kesempatan tersebut, Max mendemonstrasikan pembuatan beberapa panganan khas Burgreens, seperti Green Smoothies, Nut Milk & Vegan Shake, dan falafel vegetarian. Para tamu undangan yang hadir terlihat antusias selama demo memasak, khususnya ketika mendapat kesempatan untuk mencicipi sajian masakan yang baru saja dibuat.

Demo masak oleh Executive Chef Burgreens, Max Mandias (sumber: penulis)
Dari beragam hidangan berbasis nabati yang tersaji selama kegiatan, semuanya memiliki cita rasa yang tinggi dan tidak kalah enak makanan yang terbuat dari sumber bahan hewani loh. Selain lebih baik untuk bumi, alternatif pangan dari tumbuhan juga punya khasiat yang sangat baik untuk kesehatan, GenK. Produk-produk nabati seperti sayur, buah, dan biji-bijian memiliki kandungan nutrisi tinggi yang sebanding dengan olahan hewani.
Kontribusi untuk menyelamatkan bumi dari dampak perubahan iklim bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk kamu. Mulailah dari langkah kecil, yang salah satunya bisa dilakukan dari piring kamu. Gak perlu langsung seketika, lakukanlah secara bertahap. Kamu bisa mengawalinya dengan mengurangi konsumsi daging dan perbanyak mengkonsumsi pangan dari sumber nabati seperti sayur dan buah.