
Hayo, jujur deh, pernah nggak sih, kamu ngerasa iri sama keberhasilan yang udah dicapai teman-teman dan orang-orang di sekitarmu? Nggak sebatas perasaan iri aja, ya, tapi kamu bahkan sampai mengkritik, ngeremehin sampai-sampai memanipulasi orang lain. Duh, kalau sanpai gitu, artinya kamu kena gangguan mentalitas kepiting alias crab mentality!
Mengenal Crab Mentality

Ilustrasi mentalitas kepiting (Sumber: samwoolfe.com)
Istilah crab mentality berasal dari sikap kepiting-kepiting di sebuah ember yang akan saling menarik kaki dan tangan teman-temannya jika salah satu dari mereka hampir mencapai ujung ember. Well, mungkin ada maksud baik dari sikap tersebut, agar nggak satupun kawan mereka yang keluar dari ember lalu jadi santapan pemangsa. Alih-alih melarikan diri atau bertahan hidup dengan meninggalkan kawanannya, para kepiting lebih memilih mati bersama, lho.
Eits, tapi di dunia manusia, sikap saling menarik dan menjatuhkan tersebut malah dianalogikan sebagai pola pikir yang egois dan juga iri pada kesuksesan orang lain. Perilaku ini sering terjadi, lho. Mungkin kamu salah satunya yang mengidap gangguan mental kepiting. Mentalitas kepiting, kalau diartikan secara singkat bakal seperti,
“Kalau aku nggak bisa mendapatkannya, kamu juga nggak boleh!”
Faktor Penyebab Mentalitas Kepiting

Ilustrasi orang dengan mentalitas kepiting yang ingin menjatuhkan orang lain (Sumber: lincolnshirelive.co.uk)
Manusia adalah makhluk yang nggak bisa hidup tanpa orang lain. Biasanya mereka bergabung dalam kelompok tertentu atau membentuk satu kelompok untuk memudahkan mereka mencapai tujuan bersama. Namun, hidup berkelompok juga berarti mereka harus siap menghadapi banyak persaingan. Seperti dalam hal makanan serta pasangan.
Ketergantungan manusia dalam hidup berkelompok adalah salah satu faktor penyebab fenomena mentalitas kepiting. Tapi kondisi ini nggak cuma disebabkan oleh hal tersebut aja, lho. Ada beberapa faktor yang bikin seseorang mengidap crab mentality. Penyebab mentalitas kepiting, melansir Psychology Today dari Tirto.id, adalah karena perasaan seperti cemburu, malu, dendam, rendahnya harga diri hingga sifat kompetitif.
Mentalitas ini bisa membuat hubungan nggak sehat dalam kelompok lantaran semua orang akan merasakan rugi. Level seseorang nggak akan meningkat karena mengkritisi keberhasilan serta kebahagiaan orang lain.
Sindrom ini emang bisa membuat orang-orang yang mengalaminya merasa lebih baik dari orang yang mereka kritik itu. Tapi efek tersebut nggak bisa bertahan lama, mengingat di atas langit masih ada langit, di atas orang yang lebih kaya, pintar, cantik, dan beruntung, masih ada yang jauh lebih-lebih lagi dari mereka. Akan terus begitu.