
Film horror, baik yang bersentuhan langsung dengan setan dan dunia supranatural, atau subgenre thriller, slasher, dan gore, punya keseruan tersendiri. Penikmatnya setia menantikan judul-judul baru rilis di bioskop dan platform menonton online. Tapi tahukah kamu film genre ini punya manfaat bagi kesehatan mental?
Pernahkah kamu memilih tontonan horror setelah capek seharian beraktivitas, sedang sedih, sedang cemas, atau sedang marah? Setelah menonton, apakah kamu jadi lega dan merasa teralihkan dari emosi-emosi negatif kamu sebelumnya? Nah, kali ini kita akan membahas bagaimana pengaruh film horror buat kesehatan mental kamu.
Penyaluran
Ketika pertama kali sadar bahwa menonton film seram memberikan kelegaan dan keseruan setelah menonton, mungkin kamu jadi ragu sendiri, apakah jauh di dalam hati kamu juga punya kesenangan menyimpang seperti yang dilakukan tokoh antagonisnya. Tapi tenang, film bergenre horor rupanya tidak benar-benar akan membuat kita jadi psikopat yang memburu mangsa.

Ilustrasi piskopat dalam film. Sumber: pexels.com
Pada dasarnya, kita punya empat emosi: bahagia, sedih, marah, dan takut. Untuk yang terakhir, seringkali kita sulit mengungkapkannya. Tidak jarang orang mengatakan, “udah, jangan takut!” atau lebih buruk, “halah gitu aja takut.”
Emosi yang satu ini jadi terhambat penyalurannya karena kita mengamini tekanan-tekanan orang lain agar tidak mengekspresikan rasa takut.
Margee Kerr, sosiolog dalam buku Scream: Chilling Adventures in the Science of Fear menjelaskan, film horor dan subgenrenya memungkinkan kita untuk meresapi emosi itu tanpa takut merasa malu atau dipermalukan.
Saat menonton film seram, kita secara sukarela menonton untuk merasakan emosi-emosi negatif seperti ketakutan, kengerian, keputusasaan, kemarahan, dan lainnya. Namun, dengan jarak psikologis sebagai penonton dan film yang ditonton, kita jadi sadar adegan-adegan itu tidak nyata. Kontrol atas emosi negatif inilah yang kita nikmati saat menonton.
Mengurai kecemasan
Persepsi manusia terhadap emosi, seperti marah, takut, dan sedih, diatur oleh bagian otak yang bernama amigdala. Ketika kita mengalami pengalaman yang menakutkan saat suasana sedang gelap gulita, memori dan emosi itu kemudian menjadi pengalaman yang tersimpan di otak.

Ilustrasi suasana gelap yang horor. Sumber: pexels.com
Amigdala memunculkan persepsi bahwa suasana gelap di hari-hari lain adalah sinyal bahaya yang menakutkan, sehingga muncul rasa ingin menghindari tempat-tempat gelap untuk melindungi diri.
Kecemasan saat dewasa bisa muncul dari pengalaman-pengalaman buruk di masa kecil. Efeknya bisa lebih buruk jika kamu punya kecemasan yang berlebih.
Jika kamu punya gejala kecemasan, aktivitas amigdala kamu jauh lebih aktif daripada orang sehat. Ini menyebabkan kamu lebih mudah cemas pada hal yang tidak ada, hanya di pikiran.
Nah, di sinilah peran menonton film horror berada.
Adegan horor memungkinkan kita untuk merasakan sensasi pengalaman traumatis, namun tidak terlalu berat untuk membuat kita merasa benar-benar dalam bahaya.
Di samping itu, ketika kita berulangkali melihat gambar wajah-wajah aktor yang tengah ketakutan di film, reaksi kita pada kerja amigdala menurun. Otak kita pelan-pelan belajar bahwa sumber kecemasan kita tidak menghasilkan bahaya apa-apa di dunia nyata.
Karena kecemasan bisa terbentuk sejak masih kecil, menikmati film seram dari kecil juga membantu meredakan kecemasan kamu. Memori menyenangkan saat menonton film seram dan tidak terjadi hal-hal menyeramkan setelahnya membuat kamu sadar tidak perlu menjadi nervous dan overthinking.