
Fine-art Photography tak jarang tumpang tindih dengan foto pemandangan, potret fokus ke wajah manusia sebagai objeknya dan berbagai teknik pengambilan gambar lainnya. Sebenarnya yang membedakan fine-art photography dengan teknik lainnya adalah pendekatan yang digunakan sang fotografer. Lalu sebenarnya apa itu fine-art photography?
Mengenal Fine-art Photography

Sumber Gambar : pexels.com
Fine-art photography adalah tipe fotografi di mana fotografernya dianggap sebagai seniman, mereka bisa mengeksplorasi ide-idenya dengan sangat luas dan mengkomunikasikannya lewat foto. Hasil fotonya dianggap sebagai ekspresi kreatif sang seniman. Tujuan fine-art photography adalah mengekspresikan ide, pesan hingga emosi.
Dari tujuannya saja, fine-art photography sangat berbeda dari fotografi jurnalisme, yang menyediakan visual dokumenter atas subyek yang spesifik. Dalam jurnalisme, foto harus menceritakan kenyataan yang terjadi, bukannya tujuan subyektif fotografernya. Tentu saja jauh berbeda dengan fotografi komersial yang tujuan fotonya adalah untuk mengiklankan produk maupun servis.
Awal Mula Fine-art Photography

Sumber Gambar : pexels.com
Seorang ahli sejarah fotografi mengklaim bahwa bentuk foto yang pertama kali dianggap sebagai karya seni adalah karya John Edwin Mayall, yang mengambil gambar Lord’s Prayer di tahun 1851. Usaha untuk menjadikan foto sebagai karya seni sudah dimulai di era Victoria (1837 – 1901), dengan beberapa fotografer yang ternama seperti Julia Margaret Cameron dan Charles Lutwidge Dodgson.
Di Amerika, dua fotografer yang pendekatannya dianggap sebagai karya seni adalah F. Holland Day dan Alfred Stieglitz. Karya keduanya lah yang pertama-tama sampai masuk ke koleksi museum. Sedangkan di Inggris, hingga tahun 1960-an sebuah foto belum dianggap sebagai karya seni.
Di tahun 1970-an, fine-art photography makin digemari dengan berbagai genre yang muncul. Bentuknya bisa berupa potret, pemandangan alam, dan masih banyak lagi. Mulai bermunculan organisasi yang selalu berusaha menjadikan fine art photography sebagai bentuk karya seni, salah satunya adalah Aperture Foundation dan Museum of Modern Art (MoMA).
Fine-art Photography dan Teknologi Digital

Sumber Gambar : pexels.com
Sejak era 1980-an, teknologi di bidang fotografi mulai berkembang. Saat ini, semuanya serba digital, di mana sudah ada filter, menyesuaikan resolusi dan berbagai teknik lainnya. Para seniman fotografi pun semakin berusaha menghasilkan foto yang serba natural, termasuk dari teknik pencahayaan alami.
Sekarang juga ada genre di mana sebuah hasil foto karya seni dibuat lukisan, yang disebut sebagai “photographically-projected painting.” Ini membuat batas antara lukisan dan fotografi menjadi kabur, padahal sebelumnya perbedaannya sangat jelas.
Apa yang Membuat Fine-art Photography Berbeda?

Sumber Gambar : pexels.com
Lalu bagaimana cara membedakan hasil foto yang dianggap sebagai karya seni dan mana yang bukan. Ini membawa kita kembali pada pertanyaan klasik: “Seni itu apa?” Pertanyaan ini sulit dijawab dari masa ke masa. Akhirnya kembali lagi ke intensi awal sang artis. Apakah foto itu dimaksudkan untuk jadi karya seni atau untuk tujuan lainnya? Dari situlah bisa dijawab apakah hasil foto itu termasuk fine-art atau bukan.
Menurut profesor dan fotografer Ariel Wilson, fine art photography adalah penggunaan fotografi sebagai media artistik, untuk mengungkapkan ide konseptual sang artis. Inilah yang membedakan hasil foto karya seni dengan hasil foto untuk tujuan lainnya.
Ariel Wilson melanjutkan bahwa karya seni merupakan tujuan individu atas minat tertentu yang berasal dari dirinya sendiri, bukan karena mendapat tugas atau karena pengaruh eksternal lainnya. Berbeda dari foto jurnalisme yang memang harus dibuat agar sesuai dengan berita dan foto komersial yang diminta oleh klien.