Kamu mungkin belum tahu jika 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia. Setiap tanggal tersebut, diharapkan masyarakat dapat lebih memerhatikan penderita lupus yang mungkin saja sering terlupakan karena penyakit lupus sendiri tidak banyak diketahui orang.
World Health Organization (WHO) mencatat jumlah penderita lupus di dunia hingga saat ini mencapai lebih dari lima juta orang, dan setiap tahunnya ditemukan lebih dari 100 ribu kasus baru. Kondisi ini memengaruhi masyarakat global dari semua kebangsaan, etnis, ras, usia dan jenis kelamin. Lalu sebenarnya apa itu penyakit lupus?
Penyakit Lupus
Ilustrasi lupus. (Sumber: shutterstock)
Lupus merupakan penyakit yang menyerang kekebalan tubuh seseorang atau dikenal juga sebagai penyakit autoimun. Kondisi sistem imunitas yang kehilangan kemampuannya untuk membedakan substansi asing (non self) dengan sel dan jaringan tubuh sendiri (self).
Penyakit lupus dapat memengaruhi berbagai organ tubuh seperti kulit, ginjal, otak, sel darah, paru-paru, jantung, tulang, otot hingga persendian. Lupus biasanya akan menyerang wanita usia produktif (15-50 tahun) dengan angka kematian yang cukup tinggi, meski begitu lupus juga dapat menyerang laki-laki, anak-anak, dan remaja.
Lupus juga kerap dijuluki sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya dalam meniru gejala penyakit lain. Hal inilah yang menyebabkan kesulitan untuk mendiagnosis hingga menyebabkan mendapat langkah penanganan yang kurang tepat.
Faktor Risiko Penyakit Lupus
Ilustrasi gejala lupus. (Sumber: shutterstock)
Setiap penyakit tentu memiliki faktor risiko yang berbeda. Berikut beberapa faktor yang bisa meningkatkan terjadi lupus, antara lain:
- Jenis Kelamin. Ada penelitian yang menyebut bahwa penyakit ini lebih sering menyerang wanita dibanding pria. Meski begitu, lupus sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja.
- Usia. Meskipun lupus dapat terjadi pada orang dari berbagai usia, tetapi penyakit autoimun ini lebih sering ditemukan pada orang-orang di antara usia 15-45 tahun.
- Ras. Lupus merupakan penyakit yang lebih umum terjadi pada orang-orang Afrika-Amerika, Hispanik, dan Asia-Amerika.
- Sementara itu, faktor risiko SLE bisa meliputi faktor genetik, masalah hormonal, dan lingkungan (infeksi virus dan bakteri, stres, paparan sinar UV, hingga merokok).
