GenK LIFE

Mengenal Apa Itu Cancel Culture, Tren Toxic Memboikot Orang Beramai-Ramai

cancel culture

Istilah cancel culture belakangan ini begitu ramai terdengar di media sosial. Kamu pernah dengar, nggak, GenKs? Atau jangan-jangan kamu malah pernah andil dalam tren memboikot orang lain. Hayo, ngaku, deh!

Cancel culture sendiri sering banget digaungkan terhadap beberapa tokoh publik, label atau suatu produk. Seperti yang belum lama terjadi, nih, di mana aktor kawakan Johnny Depp mengaku dirinya menjadi korban.

Sebelum itu, ada produser Harvey Weinstein yang di-cancel oleh publik imbas kasus pelecehan seksual yang dilakukannya. Dan tahu nggak, guys, kalau ternyata penulis JK Rowling juga pernah mengalami hal serupa gara-gara komentarnya terkait transphobia, lho.

Well, kalau di Tanah Air sendiri kamu pasti pernah dengar berita atlet esport Listy Chan yang harus kehilangan kontrak pekerjaan lantaran tersandung cancel culture, guys.

Penasaran, kan, guys, apa sih, yang dimaksud cancel culture sebenarnya?

Umumnya cancel culture dilakukan sekelompok orang secara beramai-ramai dengan tujuan untuk menghilangkn pengaruh seseorang yang disebabkan karena perilaku, karya atau perkataannya dianggap bertentangan dengan norma masyarakat.

Budaya ini biasanya ditembakkan ke sosok publik figur yang terjerumus skandal, menawarkan lirik lagu yang dianggap menentang budaya, menyakiti negara sendiri, mengeluarkan pernyataan kontroversial atau cuma apes karena dia dibenci oleh kebanyakan orang.

Apa sih, yang Dimaksud Cancel Culture?

Sumber Gambar : medium.com

Menurut Koentjoro, psikolog sekaligus dosen di Universitas Gadjah Mada, mengungkapkan cancel culture tak ubahnya seperti boikot.

Publik figur atau orang dengan pengaruh besar di luar sana bisa saja tiba-tiba di cancel atau ditolak karena dinilai nggak satu jalan dengan harapan masyarakat luas. Biasanya masyarakat menggunakan media sosial, seperti lewat Twitter, untuk menggaungkan cancel culture melalui petisi.

Nah, sementara itu, melansir dari The Private Therapy Clinic, cancel culture sendiri merupakan evolusi dari boikot, istilah yang sejatinya sudah sejak lama kita kenal. Budaya ini disebut pertama kali muncul pada tahun 2017 lalu bersamaan dengan terungkapnya kasus pelecehan seksual oleh Harvey Weinstein.

Apa Dampaknya?

Sumber Gambar : okemom.com

Efek dari cancel culture bisa bermacam-macam. Sebagian contoh adalah, tokoh yang jadi korban bisa nggak diterima masyarakat untuk tampil di semua acara atau program di televisi, iklan-iklan dibatalkan hingga pembatalan kontrak kerja.

Bisa Berkembang jadi Budaya Toxic

Sumber Gambar : chiefexecutive.net

Sekilas emang cuma terlihat sebagai tindakan kecil, me-cancel orang-orang yang terlibat masalah. Tapi ternyata budaya cancel bisa tumbuh menjadi budaya yang sangat beracun alias toxic, lho.

Menanggapi hal tersebut, Kuntjoro mengatakan, budaya ini sangat mungkin berkembang menjadi perilaku main hakim sendiri yang dilakukan sekelompok orang di media sosial. Termasuk tindakan bullying, aktivitas ini juga bisa banget menghancurkan mental korban, lho.

Orang-orang yang jadi korban dari budaya ini, menurut Koentjoro, akan merasa dirinya nggak berguna, terpuruk, dan bahkan dampak paling fatalnya adalah sampai bunuh diri, guys.

Pasalnya, hal ini biasa dibarengi dengan hate speech yang dilancarkan di media sosial. Korban juga nggak jarang mendapat hinaan dan cacian. So, bisa kalian bayangkan mental para korban, kan?

Yang bikin dampaknya semakin terasa begitu menyesakkan adalah, jejak digital yang ditinggalkan di akun media sosial bakalan diingat sepanjang masa oleh masyarakat. Bahkan gara-gara hal ini juga bisa merusak kebebasan berbicara kita semua.

Akhir kata, kritik memang bagus dan bisa membangun pribadi seseorang. Tapi kalau sampai terjadi boikot alias cancel culture, itu yang harus kita tinggalkan.

About author

Related posts
GenK LIFE

Sering Dikira sebagai Kepribadian Ganda, Mari Kenali Alter Ego dan Seluk Beluknya

GenK LIFE

Cantik Tidak Harus Mengikuti Standard Kecantikan

GenK LIFE

Cara Ampuh menghilangkan Jerawat Membandel

GenK LIFE

Cara Menarik Atensi Generasi Z di Media Sosial