
Seiring berkembang zaman, tak dapat dipungkiri bahwa deretan kebiasaan masyakarat bisa terkikis. Salah satunya adalah kebudayaan dari suku Dayak Kenyah. Oleh sebab itu, kearifan lokal perlu dipertahankan agar tidak hilang. Dari berbgai jenis kebudayaan yang menarik dari Suku Dayak Kenyah, ada desain interior khas yang dimiliki suku ini. Simak disini desain interior suku Dayak Kenyah yang ada di desa Pampang
Suku Dayak Kenyah

Sumber Gambar : Thejournale.com
Suku Dayak Kenyah merupakan salah satu sub Suku Dayak di Kalimantan Timur yang jumlahnya cukup besar dan terbagi lagi dalam kelompok-kelompok yang jumlahnya kurang lebih 20 – 30 sub kelompok. Mereka tersebar di tiga sungai besar di Kalimantan Timur, yaitu Sungai Mahakam, Sungai Kelai, dan Sungai Kayan. Keseluruhan dari kelompok-kelompok Kenyah mengidentitaskan kelompoknya berdasarkan kampung asal mereka. Nieuwenhuis (1994), yang pernah mengadakan perjalanan dari Pontianak ke Samarinda tahun 1894 menyebutkan kelompok suku ini disebut “Kenyah” karena suka menari jenis tarian perang yang dinamakan tari ‘kenyah’. Sumber lain dari seorang informan menyebutkan penamaan ‘Kenyah’ bermula sejak kepindahan mereka di Apo Kayan. Pada waktu itu Suku Kenyah dan Suku Kayan masih bersatu dan belum memiliki identitas tersendiri. Nama ‘kenyah’ dan ‘kayan’ diadopsi dari penyebutan masing-masing kelompok yang akhirnya berpisah dan terpencar.
Desa Pampang
Desa Pampang terletak di Samarinda bagian utara dengan jarak tempuh sekitar 23 kilometer dari pusat kota. Tepatnya berada pada Jl. Wisata Budaya Pampang, Kelurahan Budaya Pampang, Kec Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Desa ini merupakan pemukiman masyarakat Dayak Kenyah yang berasal dari Bulungan (Supriyadi, 2012). Desa ini diresmikan sebagai desa budaya pada tahun 1991 oleh Gubernur Kalimantan Timur saat itu H.M. Ardans. Desa budaya ini memiliki Lamin yang dikenal dengan nama Lamin Pampang.
Arsitektur & Interior Rumah Lamin Pampang
Arsitektur rumah lamin memiliki bentuk kotak memanjang yang berupa rumah panggung dan dinding rumah yang menggunakan kulit kayu. Pada bagian atap pelana terbuat dari sirap yang sangat sesuai dengan kondisi iklim setempat, karena dapat menghindari panas dan lembab dari tanah. Sirkulasi udara dalam ruang pun lancar karena dinding dan lantai cukup berpori guna terjadinya sirkulasi udara, dengan atap pelana yang membujur dari timur ke barat yang sangat optimal dalam mengantisipasi radiasi sinar matahari. Maka tidak mengherankan ketika anda masuk ke lamin akan terasa sejuk.
Bahkan seluruh bangunan menggunakan bahan yang ramah lingkungan tanpa paku karena seluruhnya mengandalkan tali temali yang diambil dan dibuat dari tanaman hutan (Yuuwono, 2015). Selain mengantisipasi kondisi iklim struktur panggung rumah lamin juga berfungsi sebagai tempat pertahanan dari serangan binatang buas maupun serangan dari suku lain.
Sumber Gambar : atrium.ukdw.ac.id
Tata Ruang Lamin Pampang
Tata ruang Rumah Lamin terdiri dari 3 tiga ruang pokok yaitu dapur, bilik dan ruang tamu. Karena rumah lamin dihuni secara berkelompok bisa ratusan kepala keluarga. Sehingga tiap keluarga memiliki satu ruang dapur, satu bilik kusus bagi yang sudah menikah dan satu ruang tamu yang cenderung sebagai ruang publik karena memenjang mejadi satu ruang disepanjang depan bilik-bilik keluarga. Selain sebagai ruang pertemuan, ruang tamu, maupun ruang keluarga ruangan ini berfungsi sebagai tempat tidur bagi anak-anak yang belum berkeluarga.
Ornamen Dinding Lamin Pampang
Masyarakat Dayak mengaplikasikan penghormatan dan kepercayaan mereka lewat seni ukir dan pahat. Mereka mengukir dinding, pilar dan bahkan kayu fondasi rumah Lamin. Pada bagian dinding ini mengisahkan tentang silsilah orang dayak dalam bentuk ukiran, dimana seorang raja yang memimpin dan menjaga setiap kepala sub suku dayak. Terdapat guci yang terletak tepat dibawah kaki patung manusia yang mengumpulkan semua kepala suku dan gong pada bagian atasnya sebagai penutup agar tidak tercerai berai. Sedangkan tiap kepala suku ini digambarkan dalam bentuk bulatan putih yang dihubungkan dengan garis lengkung yang sambung menyambung dan saling terikat. Ornamen dinding yang terdapat pada lamin adat suku dayak Kenyah di desa Pampang juga memiliki beberapa bentuk dasar yaitu: Bentuk hewan, seperti buaya, harimau atau singa, burung enggang, Bentuk manusia, Garis lengkung dan lingkaran, Gong, dan Guci (Mayasari, 2014).
Makna Warna-Warna Pada Ornamen
Warna-warna yang diterapkan pada ornamen cendrung bersifat alami dan menyatu dengan alam. Untuk setiap warna pada ornamen di rumah lamin memiliki makna tersendiri yang berbeda-beda.
- Kuning melambangkan kewibawaan, kekayaan
- Merah melambangkan keberanian dan keabadian
- Biru melambangkan loyalitas
- Putih melambangkan kesucian, dan kesederhanaan
- Hitam melambangkan penolak bala ( penolak bencana)
Makna Burung Enggang Bagi Suku Dayak
Dari segi mitos burung enggang dianggap sebagai dewa atau hewan suci bagi suku dayak. Burung Enggang sendiri merupakan salah satu burung yang awalnya ditemukan di Kalimantan. Dalam ornamen digunakan sebagai pengingat bahwa persatuan antar masyarakat dayak merupakan hal yang penting. Masyarakat Dayak Kenyah banyak menggunakan ragam hias burung Enggang. Karena kepercayaan bahwa nenek moyang mereka berasal dari burung Enggang yang terbang di langit (Marzuki, 1996).
Nah itulah informasi singkat mengenai desain interior suku dayak Kenyah. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan.
Penulis: Ferel Gunawan (Mahasiswa Desain Interior, UK Petra)