
Terletak di pesisir barat Sumatera, Kota Padang menyimpan banyak sejarah dari sisi kulinernya. Setiap bumbu dan rasa yang terkandung di dalamnya menyimpan sebuah riwayat panjang perjalanan Minang. Salah satu kuliner khasnya yang masih menjadi juara hingga saat ini adalah rendang. Siapa yang tidak tahu hidangan satu ini? Makanan yang kaya akan rasa dari rempahnya ini dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia. Namun, apakah kamu tahu di balik kelezatannya, tersimpan sejarah yang mungkin belum banyak diketahui masyarakat awam?
Rendang merupakan masakan daging dengan santan dan rempah-rempah sebagai ciri khasnya. Jika sekarang kamu banyak menemukan rumah makan yang memasak menu ini di atas kompor gas, ternyata pada zaman dulu, rendang harus dimasak dengan tungku besar dan kayu atau serabut kelapa sebagai bahan pembakaran. Oleh orang Minang, cara memasak seperti ini memiliki filosofi tersendiri.
Sejarah Masakan Rendang
Kamu tahu apa arti rendang yang sebenarnya? Segala bahan makanan yang dimasak terlalu lama sampai berubah bentuk menjadi lebih kering atau dari banyak kuahnya menjadi minyak saja yang tersisa disebut dengan marandang oleh orang Minang. Jadi, rendang atau randang adalah sebutan untuk teknik memasak.
Pada awalnya, daging kerbau digunakan sebagai bahan utama. Teksturnya yang alot akan terasa empuk dan lezat saat dikunyah bersama perpaduan santan dan rempah. Namun seiring berjalannya waktu, tidak hanya daging kerbau, tetapi daging ayam dan sapi juga kerap kali digunakan sebagai bahan utama.
![[Mengulik_Sejarah_Rendang_dibalik_Kelezatannya]_1](https://i0.wp.com/kreativv.com/wp-content/uploads/2019/04/Mengulik_Sejarah_Rendang_dibalik_Kelezatannya_1.jpg?resize=1140%2C763&ssl=1)
Daging rendang (sumber: topnotchgroup.com.my)
Rendang dianggap sebagai masakan terhormat bagi orang Minang. Biasanya digunakan pada acara pernikahan atau pengangkatan pemimpin setempat. Proses pembuatan yang memakan waktu lama dan membutuhkan tenaga serta kesabaran ekstralah yang membuatnya istimewa.
Nah, kamu tahu kenapa dimasak dengan bumbu melimpah? Alasannya, karena dulu orang Minang suka merantau ke daerah lain sehingga membutuh pasokan makanan yang dapat bertahan lama alias tidak cepat basi. Rendang adalah salah satu solusinya.
Soal merantau ini penting banget bagi orang Minang. Dalam budaya mereka, merantau menjadi tolok ukur kedewasaan seseorang.Diharapkan semua orang yang sudah merantau ketika kembali ke kampung halamannya dapat membawa ilmu yang sudah mereka dapat saat merantau agar kemudian bisa diberikan kepada orang-orang di kampung halaman. Intinya jangan sampai nasib kamu seperti tokoh dongeng Malin Kundang yang lupa akan masa lalunya. Serem banget kan!
Bagi orang Minang, masakan ini merupakan warisan kuliner turun-menurun. Jadi laki-laki dan perempuan harus punya keahlian memasak. Keahlian memasak ini bisa diterapkan saat kamu merantau jauh dari rumah. Membangun rumah makan bisa menjadi solusi untuk bertahan hidup. Ini menjadi salah satu jawaban kenapa rendang bisa terkenal sampai ke kancah internasional. Dari sini terbukti kalau penyuka rendang tidak hanya orang Minang, melainkan semua orang.
Nilai dan Filosofi Rendang
Di balik kelezatannya, ternyata rendang memiliki nilai dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Tidak heran, soalnya makanan ini merupakan cerminan proses peradaban Minang. Soal nilai dan filosofinya, ada beberapa fakta unik yang menarik banget untuk kamu ketahui. Apa saja sih? Langsung saja kami bahas.
Makna Bumbu Dalam Masakan Rendang
![[Mengulik_Sejarah_Rendang_dibalik_Kelezatannya]_2](https://i0.wp.com/kreativv.com/wp-content/uploads/2019/04/Mengulik_Sejarah_Rendang_dibalik_Kelezatannya_2.jpg?resize=1140%2C713&ssl=1)
Ilustrasi bumbu dapur untuk membuat rendang (sumber: rumahmesin.com)
Untuk membuat rendang, kamu memerlukan santan dan berbagai macam bumbu loh. Umumnya bumbu yang dipakai adalah kelapa, bawang merah, bawang putih, cabai, serai, pandang, jinten, kemiri, jahe, ketumbar, kunyit, lengkuas, daun temurui, dan daun salam. Sebenarnya kamu bisa berinovasi dengan bumbu, tetapi hasil akhirnya pasti tidak jauh berbeda.
Dari beberapa bumbu yang sudah disebutkan barusan, ternyata ada maknanya loh. Pertama, daging menyimbolkan Ninik Mamak atau pemuka adat. Kedua, cabai menyimbolkan ahli ulama yang tegas dalam menegakkan syariat Islam. Lalu, kelapa yang menyimbolkan kaum intelektual. Kemudian yang keempat adalah bumbu-bumbu lainnya yang menyimbolkan masyarakat umum.
Masakan Rendang Sebagai Simbol Strata Sosial
![[Mengulik_Sejarah_Rendang_dibalik_Kelezatannya]_3](https://i0.wp.com/kreativv.com/wp-content/uploads/2019/04/Mengulik_Sejarah_Rendang_dibalik_Kelezatannya_3.jpg?resize=800%2C533&ssl=1)
Orang Minang (sumber: 1.bp.blogspot.com)
Tahukah kamu kalau ternyata rendang yang selama ini kamu santap merupakan simbol strata sosial orang Minang? dalam sejarah masakan rendang, Bahan utamanya adalah daging dan tidak semua orang mampu membeli daging. Sehingga orang-orang yang tidak mampu menyajikan daging pada sebuah pelaksanaan acara, makan akan dibicarakan oleh orang lain.
Namun saat ini daging bisa diganti dengan bahan lain untuk dirandang, seperti telur rebus, nangka, udang, dan lain-lain. Namun akan lebih baik jika daging digunakan sebagai bahan makanan untuk acara-acara penting.
Hidangan yang Sakral

Rendang (sumber: cdn.noshon.it)
Berdasarkan sejarah orang Minang menganggap rendang sebagai masakan terhormat dan sakral. Untuk membuatnya dibutuhkan waktu yang lama sehingga makanan ini dianggap istimewa oleh warga setempat. Segala jenis hidangan yang berkualitas membutuhkan kegigihan untuk mencapai kesempurnaan. Makanya rendang kerap kali dijadikan sebagai hidangan utama dalam upacara adat atau pengangkatan pemimpin lokal.
Kesabaran

Memasak rendang (sumber: masakapahariini.com)
Diperlukan kesabaran saat mengolahnya. Bayangkan saja, mengaduk santan, bumbu, dan daging di atas tungku dengan api sedang secara terus-menerus sampai mengering tentu membuatmu lelah. Proses ini disebut dengan sebagai proses marandang.
Karena diperlukan waktu panjang dan tenaga ekstra, rendang memiliki filosofi yang berkaitan soal kesabaran, kebijaksanaan, dan ketekunan. Kemudian filosofi ini dapat diterapkan dalam berkehidupan sosial sehari-hari. Selain mengajari soal kesabaran, ternyata memasak dengan api sedang dalam jangka waktu panjang tidak akan mengurangi kandungan gizi yang ada di dalamnya.
Persaudaraan

Ilustrasi persaudaraan sesama manusia (sumber: languagealliance.com)
Keberagaman bumbu dan rempah yang digunakan untuk membuat rendang dianggap mampu mencerminkan persaudaraan orang Minang. Tidak mengenal pangkat dan golongan, semuanya adalah saudara. Semua bahu-membahu untuk menolong satu sama lain.
Nah itu dia sejarah dan filosofi rendang yang masih belum diketahui oleh banyak orang. Maka dari itu sebagai warga Indonesia, ayo jaga budaya yang satu ini. Budaya yang terekam di dalam jejak kuliner tidak seharusnya hilang dimakan zaman. Sayang banget kan!