
Model bisnis D2C sepertinya digunakan di mana-mana sekarang. Perusahaan yang menerapkan model ini antara lain adalah Disney, Nike dan PepsiCo. Startup dan berbagai bisnis kecil juga mulai memanfaatkan D2C dengan cara yang berbeda-beda. Apakah D2C bisa memperkuat bisnis kita? Yuk, cari tahu keunggulan dan kelemahannya di sini.
Apa Itu D2C?

Sumber Gambar : inc42.com
D2C adalah model usaha direct-to-consumer, sehingga perusahaan memiliki hubungan langsung dengan konsumen. Perusahaan terlibat dalam setiap proses, termasuk manufaktur. pemasaran, penjualan, hingga distribusi.
Dengan menerapkan strategi D2C, perusahaan bisa lebih menggunakan pola pikir kewirausahaan dan lebih terlibat dengan proses bisnis mereka. Jadi mulai dari ide, desain, pembangunan produk atau jasa, hingga peluncuran produk perusahaan terlibat. Ini memungkinkan perusahaan memangkas biaya dan beroperasi dengan lebih fleksibel.
Keunggulan D2C

Sumber Gambar : saffronedge.com
Tentu ada alasan kenapa model bisnis D2C beberapa tahun belakangan ini banyak digunakan. Berikut ini adalah beberapa keunggulan D2C:
1. Akses Langsung ke Data Konsumen
Model bisnis D2C bisa lebih dekat dengan konsumennya. Sehingga mereka bisa berkomunikasi lebih baik dan membangun komunitas yang lebih baik. Konsumen bisa menyampaikan kritik dan saran, sehingga brand tahu betul apa yang dibutuhkan target pasar mereka.
2. Inovasi Lebih Sering dan Lebih Cepat Terjadi
Bisnis yang masih menggunakan strategi tradisional B2C cenderung memiliki segala keterbatasan dalam hal menciptakan hal baru dan berinovasi. Berbeda dengan bisnis D2C yang punya kebebasan lebih untuk berinovasi dan meluncurkan produk. Ini karena D2C bisa merilis produk ke skala yang lebih kecil dan mendapat respons dari konsumen mereka.
Proses percobaan produk ini mungkin terjadi berulang kali, sebanyak yang diperlukan brand tersebut agar hasil akhirnya bisa sempurna. Dengan menggunakan data konsumen, D2C bisa lebih tahu dan memenuhi apa yang sedang dibutuhkan konsumen.
3. Meningkatkan Loyalitas Konsumen
Usaha yang menerapkan strategi D2C punya kontrol penuh akan semua yang berhubungan dengan branding, promosi, berhubungan dengan konsumen, dan menciptakan nilai brand. Bisnis DC punya kebebasan membuat konten yang berkualitas dan terhubung dengan audiens mereka lewat berbagai platform.
Tak perlu lagi kuatir akan ada pihak ketiga yang akan keliru mengatur citra brand dan perusahaan. Ini pun memungkinkan perusahaan mendekatkan diri dengan konsumen dan dengan begitu mampu meningkatkan loyalitas konsumen. Apalagi di zaman sekarang, di mana pelayanan perusahaan jadi hal penting bagi konsumen.
Kelemahan D2C

Sumber Gambar : amazonaws.com
Tentu strategi D2C juga ada kelemahannya yang perlu diwaspadai bagi perusahaan yang akan memilih strategi ini. Di antaranya adalah:
1. Kompetisi Meningkat
Saat ini, setidaknya dalam 1 dekade terakhir, ada banyak perusahaan yang mulai menggunakan strategi bisnis D2C. Artinya kita akan berkompetisi dengan perusahaan lain yang berada di industri yang sama. Artinya, tiap perusahaan harus menemukan cara untuk lebih menarik hati konsumen dan memenangkan kompetisi.
2. Tanggung Jawab Meningkat
Menangani tiap proses dengan lebih independen artinya berjalan beriringan dengan tanggung jawab yang meningkat. Apalagi perusahaan berhubungan langsung dengan konsumen, sehingga dengan sendirinya punya tanggung jawab untuk memuaskan keinginan konsumen.
3. Rantai Proses yang Rumit
Punya kontrol penuh di tiap proses usaha memang banyak kelebihannya, tapi operasional sehari-hari menjadi lebih rumit. Tiap aspek kecil harus diatasi sendiri, mulai dari order pasokan, pengiriman, transportasi, pembayaran, pengembalian barang, dan customer service.