
Sejak Presiden Indonesia Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan adanya kasus pertama pasien yang positif terkena virus corona di Indonesia pada Senin (2/3/2020), masyarakat langsung berbondong-bondong ke tempat perbelanjaan dan apotek untuk membeli kebutuhan, seperti masker, antiseptik, cairan pencuci tangan dan lain sebagainya.
Namun masyarakat langsung membeli dalam jumlah besar. Mereka tetap memborong barang tersebut meski beberapa pedagang ada yang sengaja menaikkan harga sampai selangit. Fenomena ini dinamakan dengan istilah panic buying.
Apa Itu Panic Buying?

Ilustrasi panic buying (sumber: straitstimes.com)
Panic buying adalah respon psikologis konsumen yang mendorong mereka membeli barang dalam jumlah besar sebagai langkah antisipasi masyarakat ketika terjadi wabah atau bencana. Mereka merasa harus segera memenuhi kebutuhan konsumsi meskipun produk yang ditawarkan bukan prioritas utama kamu.
Penawaran produk dengan harga berkali-kali lipat dari harga asli banyak ditemukan saat terjadi panic buying di masyarakat. Konsumen akan berpikir bahwa inilah saat yang tepat untuk berbelanja, lebih baik menimbun sembako di rumah daripada harus kehabisan. Mereka rela membeli banyak barang meskipun tidak langsung dinikmati saat itu juga, bahkan sangat mungkin dilakukan konsumsi tunda.
Kenapa Barang Mahal dan Langka?

Barang ludes akibat panic buying (sumber: msn.com)
Tingginya minat beli masyarakat menyebabkan lonjakan harga jual. Contoh yang paling kentara dirasakan adalah saat masker kesehatan tiba-tiba ludes terjual setelah virus COVID-19 diumumkan oleh pemerintah. Selain langka, harga masker juga mendadak mahal. Keadaan menuntut masyarakat untuk membeli kebutuhan barang dan produsen mendorong penjualan agar konsumen tertarik melakukan pembelian. Meskipun harga naik drastis, masyarakat mau tidak mau harus membeli barang tersebut demi bertahan hidup.
Seorang psikolog mengatakan bahwa seseorang yang mengalami panic buying adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk memegang kontrol. Misalnya dalam kasus tingginya pembelian sembako dan tisu basah di tempat perbelanjaan. Belum lagi jika pasien yang positif terkena virus corona jumlahnya semakin meningkat. Memang, barang-barang tersebut tidak bisa seratus persen menjagamu, tetapi dengan membelinya bisa membuat kamu merasa memegang kontrol, alhasil kamu jadi lebih tenang.