GenK STORY

Raditya Dika, Founder Stand Up Indo dan Penulis Komedi Terbaik Indonesia

Komedi merupakan salah satu obat untuk penghilang stress setelah seharian beraktivitas. GenKreativv sendiri pasti terhibur ketika mendengar atau membaca suatu komedi, kan? Tidak heran konten komedi cukup populer dan diminati di Indonesia.

Salah satu komedi yang cukup dikenal di Indonesia adalah komedi tunggal atau biasa dikenal dengan stand up comedy. Jenis komedi tunggal di Indonesia mulai dikenal pada tahun 2011 setelah acara pencarian bakat bertajuk Stand Up Comedy Indonesia pertama kali tayang di tv nasional.

Salah satu tokoh yang berperan atas perkembangan komedi tunggal di Indonesia ialah Raditya Dika. Ia bersama empat orang lain, yaitu Pandji Pragiwaksono, Ernest Prakasa, Ryan Adriandhy, dan Isman H. Suryaman bersama-sama membentuk komunitas Stand Up Indo di tahun yang sama.

Nah, saya akan mengulas tentang Raditya Dika dan karya yang telah diciptakannya untuk mengisi kampanye #IndonesiaKreativv dari kreativv ID.

Pemikiran dan Karya Raditya Dika

Pria dengan nama lahir Dika Angkasaputra Moerwani Nasution ini mulai dikenal di bidang industri kreatif sebagai penulis. Ia dianggap anti-mainstream sebagai penulis karena menampilkan genre baru yang fresh. Karya pertama yang mengangkat namanya adalah buku berjudul Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh (2005) yang berasal dari tulisan di blog pribadinya. Buku ini tampil dalam format buku harian yang berisi kisah-kisah Radit selama kuliah di luar negeri.

Buku kedua yang dirilisnya berjudul Cinta Brontosaurus (2006) yang mengisahkan keseharian Raditya Dika sendiri. Buku ini tampil dengan format cerita pendek dan berisi pengalaman cinta Radit yang nampaknya selalu tidak beruntung. Karya berikutnya adalah buku ketiga berjudul Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa (2007) yang berisi kisah Radit menjadi badut Monas dalam sehari, mengajar bimbel, dan cerita kocak lainnya. Karya lain dari Raditya Dika yang cukup populer adalah Babi Ngesot: Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang (2008), Marmut Merah Jambu (2010), Manusia Setengah Salmon (2011), Koala Kumal (2015), sampai Ubur-Ubur Lembur yang baru saja dirilis tahun 2018 lalu.

Dalam dunia industri kreatif, Raditya Dika tidak hanya dikenal sebagai penulis buku. Ia juga dipercaya sebagai juri untuk kompetisi stand up di beberapa stasiun tv nasional. Radit juga tercatat pernah menjadi aktor di beberapa judul film, diantaranya Kambing Jantan: The Movie (2009), Cinta Brontosaurus (2013), Cinta Dalam Kardus (2013), Manusia Setengah Salmon (2013), Marmut Merah Jambu (2014), Malam Minggu Miko The Movie (2014), Single (2015), Koala Kumal (2016), Hangout (2016), The Guys (2017), dan Target (2018). Dari 11 judul film tersebut, 7 di antaranya disutradarai oleh Raditya Dika langsung.

Raditya Dika merupakan contoh pahlawan #IndonesiaKreativv. Ia sukses di dunia industri kreatif berkat karya yang telah ditelurkannya sebagai seniman, dalam hal ini penulis, aktor, dan sutradara.

Cara Menjadi Kreatif ala Raditya Dika

Dari karya-karya yang dihasilkan oleh Raditya Dika, kita bisa mengambil pelajaran bahwa berbeda itu lebih baik daripada menjadi baik. Radit memulai karier menulisnya dengan konsep yang segar dan anti-mainstream. Ia juga membedakan dirinya dengan penulis lain dengan cara memakai nama binatang di setiap judul bukunya. Bagi Radit, semua judul buku dengan nama binatang merupakan nilai jual yang ada pada setiap karyanya. Untuk menjadi penulis yang keluar dari arus tentu cukup sulit bagi seorang Raditya Dika.

Di awal-awal perilisan, buku pertamanya tidak terlalu laku dan itu ia anggap sebagai risiko menciptakan genre baru. Menolak menyerah, kemudian Radit melakukan promosi bukunya dengan gencar di berbagai media. Selain cara kreatif dalam menulis buku, Radit juga menemukan cara kreatif untuk memasarkan bukunya. Ia meminta pembacanya untuk berfoto dengan buku hasil karyanya untuk kemudian dikirimkan ke Radit. Jadilah ini strategi pemasaran yang bisa mengelola pembaca sebagai target pasarnya. Menurut Radit, dalam menulis tidak berarti setelah buku terbit, semua selesai. Ia beranggapan seorang penulis seharusnya menjadi pemasar bagi bukunya sendiri.

Di wawancara terbarunya saat menghadiri kegiatan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas Indonesia, ia mengungkapkan bahwa untuk mencapai kesuksesan kita tidak harus menjadi yang paling baik atau yang paling bagus. Untuk menjadi seseorang yang sukses, ia beranggapan kalau kita harus menjadi yang paling beda diantara yang lain. Hal ini memang sudah jelas diterapkan Radit dalam kariernya sebagai penulis buku.

“Jangan jadi yang paling baik, jangan jadi yang paling bagus, jadilah yang paling beda. Karena kalau elo beda, elo sendirian. Nah empat tahun ini (masa kuliah) untuk elo cari, gimana caranya gua membedakan diri dari manusia lain.” Dikutip dari video YouTube Raditya Dika saat wawancara di Universitas Indonesia.

Pada wawancara yang sama, Radit juga mengungkapkan kalau ia menggunakan metode power learning untuk bekerja. Artinya, ia memanfaatkan 5-10 menit untuk belajar dan bekerja setelah bangun dan sebelum tidur. Radit juga mengungkapkan kalau untuk bisa produktif, kita harus menciptakan waktu kita sendiri dan hindari menunda-nunda suatu pekerjaan.

About author

Related posts
GenK STORY

10 Produk Skincare Terbaik dari Lisna Beauty untuk Kulit Sehat dan Glowing

GenK STORY

Sosok Kusni Kasdut, Perampok Ulung yang Dijuluki “Robin Hood Indonesia”. Pernah Curi Emas di Museum Nasional!

GenK STORY

Butala 2022: Mulai dari Aku - Online Interactive Talk Show

GenK STORY

Dorno Si Kucing Ngeselin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *