
Setiap orang memiliki preferensinya masing-masing dalam mencari pasangan. Mayoritas tentu tertarik dengan mereka yang memiliki sosok rupawan, beberapa karena gaya berpakaian seseorang, ada juga yang berlatar profesi, dan juga yang terpikat oleh kecerdasan. Dikenal dengan istilah sapiosexual, ketertarikan akan kualitas berupa kapasitas intelegensi seseorang menjadi fenomena yang cukup sering ditemukan beberapa waktu belakangan.
Berbicara soal urusan ketertarikan seksual seseorang sepertinya jadi diskusi yang menarik. Apalagi di era yang keterbukaan yang dipenuhi oleh para generasi milenial dan Z yang punya segudang keunikan dalam berbagai macam hal. Termasuk dalam urusan kehidupan pribadi, atau mungkin lebih spesifik ke dunia percintaan.
Seperti pada kalimat pengantar di awal narasi ini, setiap orang pasti memiliki yang namanya ‘tipe’ pasangannya masing-masing. Pertimbangan yang banyak dipilih termasuk beberapa kualitas baik secara fisik, mental, nurani, maupun nalar. Bagi beberapa orang, kapasitas nalar alias kecerdasan akan selalu menjadi kualitas pertama yang dicari dalam individu calon pasangan.
Pokoknya si doi harus jadi juara kelas, kalau bisa dapat beasiswa, nilai ijazah yang terpampang hanya yang berawalan A atau 90 ke atas, kalau gak yah say goodbye. Minimal pengetahuannya seluas samudera dan pas lagi bercakap seakan membuatmu bertanya jika ia masih berkerabat dengan Pak Habibie atau berkakek-buyutkan Einstein.
Jika kamu mengiyakan skenario di atas, presentase kemungkinannya tinggi kalau dirimu adalah sosok sapioseksual. Nah loh, otak kamu mulai gatal ingin mencari kebenaran informasi yang faktual dan terbukti mampu memuaskan rasa penasaranmu? Simak ulasan lengkap seputar sapiosexual dan potensinya untuk mempengaruhi kehidupan percintaanmu.
Apa Itu Sapiosexual?

Sumber: pexels.com
Mari kita mulai telaah romansa berfaedah ini dengan bedah bahasa dan istilah terlebih dahulu biar kamu paham dan gak salah kaprah. Menurut Merriam-Webster (sumber panduan bahasa terkemuka asal Amerika Serikat), sapiosexual memiliki arti harfiah, “tertarik secara seksual ke orang-orang cerdas”. Berbeda dengan rasa tertarik biasa pada orang pintar semata, seorang sapioseksual akan merasa terangsang dengan kapasitas intelegensi seseorang.
Dalam beberapa kasus ekstrim, para sapioseksual tidak akan mau sama sekali mencoba menjalin hubungan dengan orang yang menurut mereka tidak “cerdas”. Editor Seventeen untuk rubik Style, Kelsey Stiegman, menggambarkan fenomena sapiosexual sebagai sebuah kombinasi antara orientasi seksual dan fetish yang dapat dimiliki siapa saja. Kecenderungan ini dapat muncul murni karena kualitas intelegensi yang ada pada diri seseorang tanpa mengenal batas gender.
Seorang sapiosexual dapat tertarik pada pria maupun wanita semata jika sosok tersebut dianggap “cerdas” baginya. Tapi tentu saja, rupa fisik yang menarik masih menjadi aspek yang dipertimbangkan oleh para sapioseksual. Perbedaannya adalah pada nilai ‘tambah’ berupa kapasitas kecerdasan yang dianggap sangat memikat bagi mereka. Saat kamu mendengar seseorang berbicara mengenai suatu topik bak ahlinya, perasaan dari dalam diri membuncah yang secara ‘instan’ membuatmu langsung mengatakan ‘iya’ pada sosok tersebut.
Apakah orang sapiosexual tertarik dengan hal lain selain kecerdasan?

Sumber: pexels.com
Jawabannya tentu saja iya! Jika kamu adalah seorang sapiosexual, kecerdasan adalah kunci yang bisa langsung membuka pintu ke hatimu. Sementara untuk mereka yang menurutmu masih ‘kurang’ cerdas, langkah terbaik yang mungkin kamu sarankan adalah berjalan mundur perlahan dan ucapkan sampai jumpa. Tapi jangan salah, seorang sapiosexual masih tetap mencari aspek menarik lainnya ketika mencari pasangan, selama kecerdasan sudah jadi modal utama.
So, kamu bisa saja menyukai mereka dengan rambut ikal, bertubuh tinggi, berwajah bak patung Apollo, dan bersuara merdu. Kamu bisa banget yang namanya tertarik secara fisik pada seseorang, tapi bakalan mengatakan tidak ke tahap selanjutnya jika mereka tidak mampu menunjukkan kapasitas intelektual yang ‘oke’.