
GenK, apa yang melintas di otak kamu ketika mendengar “novel fantasi”? Mungkin banyak dari kamu yang langsung membayangkan hal-hal seperti sihir, naga, pahlawan, monster, makhluk mitos, perjalanan panjang, dunia lain, pedang dan sebagainya.
Elemen-elemen seperti itu memang biasa ditemukan di dalam cerita fantasi. Bahkan, hal-hal seperti inilah yang menjadi daya pikat genre ini. Keberadaan hal-hal aneh dalam cerita fantasi biasanya digemari karena dianggap mampu mengajak pembacanya berimajinasi tanpa batas, GenK. Makanya, sering banget ada pembaca yang akhirnya terhipnotis lalu merasa betah dan tidak mau keluar dari dunia imajiner nan ajaib ini loh!
Dalam beberapa dekade terakhir, fantasi merupakan salah satu genre novel paling populer yang ada di dunia. Tapi tahukah kamu dari manakah genre novel fantasi berasal?
Sejak Kapan Novel Fantasi Muncul?
Kata “fantasi” merupakan kata serapan dari bahasa Inggris fantasy, yang juga berasal dari bahasa Perancis kuno phantasie yang memiliki arti “visi/pandangan imajinasi”. Dikutip dari jurnal Ilmiah berjudul A Brief History of Fantasy karya M. Allen dari Dalhousie University di Kanada, asal-usul novel fantasi dapat ditelusuri hingga ke cerita-cerita zaman mitologi kuno di Yunani. Jauh banget kan, GenK? 😲
Allen percaya bahwa cerita fantasi awalnya digunakan untuk menjelaskan cara kerja alam. Contohnya terlihat dari bagaimana mitologi Yunani menceritakan tentang dewa Apollo yang menyediakan siang hari dengan mengemudikan kereta api melintasi langit setiap harinya.
Cerita tersebut memiliki tujuan untuk menjelaskan alasan pergantian siang dan malam setiap harinya. Nilai supranatural yang sebetulnya kurang bisa masuk ke dalam logika merupakan landasan awal cerita fantasi yang ditanamkan mitologi Yunani.
Memasuki penghitungan tahun Masehi, GenK, penulisan novel fantasi terus berkembang mengikuti budaya dan juga kepercayaan masyarakat sekitar. Unsur penyihir, monster, dan naga yang tidak lepas dari cerita fantasi hari ini mulai dikenal melalui cerita Beuwolf. Dipercaya berasal dari tahun 700, Beuwolf merupakan cerita fiksi paling tua yang naskahnya berhasil diselamatkan. 😱
Mendekati akhir abad ke-16, sang penyair terkenal, William Shakespeare juga memberikan sumbangsinya kepada dunia cerita fantasi melalui buku A Midsummer Night’s Dream. Dalam buku ini Shakespeare menceritakan tentang dunia para peri.
Sumber: bloomsbury.com
Pada tahun 1726 Jonathan Swift berhasil menambah perbendaharaan dan juga segmen pembaca novel fantasi melalui Gulliver’s Travels . Bercerita tentang petualangan Si raksasa Gulliver yang mendatangi berbagai pulau, buku ini awalnya ditujukan kepada pembaca dewasa. Tapi nyatanya, petualangan Gulliver ketika bertemu dengan kurcaci mampu menarik perhatian anak-anak.
Memasuki tahun 1800-an, novel fantasi yang menyasar audiens anak-anak semakin banyak bermunculan. Judul-judul Alice’s Adventure in Wonderland (1863), dan The Nutcracker (1816) karya E.T.A. Hoffman, serta beberapa karya Hans Christian Anderson merupakan contoh cerita fantasi anak-anak yang terus dikenal hingga hari ini.
Walaupun dipasarkan untuk anak-anak, terbukti banyak orang dewasa yang juga menikmati karya-karya tadi loh, GenK. Penulis buku Fantasy Literature for Children and Young Adult (2003) menuliskan “Cerita fantasi telah menjadi media bagi pembacanya untuk mempertahankan kebutuhan kita akan para pahlawan dan keyakinan abadi bahwa kebaikan akan mengalahkan kejahatan tanpa harus menggurui pembaca.”
Memasuki abad ke-20 merupakan waktu yang sangat penting bagi perkembangan novel fantasi modern, GenK. Pada awal abad ke-20 lah dunia akan berkenalan dengan dua nama yang akan mengubah landskap cerita fantasi untuk selamanya; dua nama tersebut adalah J.R.R Tolkien dan juga C.S. Lewis.
Dua pelopor fantasi modern ini bertemu pada tahun 1926 di kampus Universitas Oxford, tempat keduanya sama-sama belajar di Fakultas Bahasa, jurusan Linguistik.
Ilustrasi Universitas Oxford (sumber: telegraph.co.uk)
Sama-sama memiliki ketertarikan terhadap cerita dunia fantasi, keduanya membentuk kelompok The Inklink. Di kelompok ini Tolkien, Lewis dan juga anggota lainnya bisa menganalisis cerita fantasi yang ada dan juga membahas cerita yang sedang mereka buat.
Diantara keduanya, Tolkien merupakan orang pertama yang menerbitkan bukunya. Pada tahun 1937, buku Tolkien yang berjudul The Hobbit diterbitkan oleh George Allen & Unwin Ltd. Ditujukan kepada pembaca anak-anak, buku tersebut terbukti sangat sukses di pasaran. 😁
Seakan tidak mau kalah dari sahabatnya, Lewis bekerja dengan lebih produktif dibandingkan Tolkien. Dimulai dengan The Lion, The Witch and the Wardrobe pada tahun 1950, Lewis menerbitkan tujuh buku cerita fantasi dalam kurun waktu tujuh tahun. Dunia Narnia dan juga konsep waktu yang diciptakan Lewis terbukti mampu memikat pembaca. Lewis merupakan penulis cerita fantasi paling terkenal di dunia, setidaknya sampai Tolkien meluncurkan karya terbesarnya di buku trilogi The Lord of the Rings.
Sumber: adazing.com
Melalui trilogi The Lord of the Rings, Tolkien telah melengkapi dunia fantasi yang ia ciptakan. Bukan hanya itu, GenK, ia juga membuat cetak biru bagi penulis fantasi lain tentang bagaimana sebuah novel fantasi harus dibuat. Buku Silmarillion memberikan basis sejarah yang jelas mengenai penciptaan Middle Earth (dunia tempat The Lord of the Rings terjadi).
Pada The Hobbit, Tolkien menunjukan hewan-hewan yang mampu berbicara dan cerita dengan tema yang simpel, sebuah rumusan sederhana untuk membangun cerita fantasi bagi anak-anak. Sementara pada Lord of the Rings, Tolkien menampilkan sebuah cerita fantasi tinggi yang penuh dengan karakter yang kompleks dan juga cerita yang penuh dengan sub-plot.
Tolkien juga terkenal karena kemampuannya untuk menciptakan berbagai bahasa bagi karakter yang ia ciptakan. Berkat segala kelebihan karyanya, rasanya hampir mustahil ada penulis fantasi hari ini yang karyanya sama sekali tidak terpengaruh Tolkien. Dan saking besarnya pengaruh Tolkien, dunia fantasi hari ini terbagi menjadi dua kelompok waktu, “pra-Tolkien” dan juga “pasca-Tolkien”.
Pasca-Tolkien
Walaupun belum ada yang bisa melangkahi peran besar Tolkien dalam perkembangan cerita fantasi, ketenaran karya-karya pasca-Tolkien menunjukan bahwa genre fantasi masih sangat digemari, GenK. Judul-judul seperti Harry Potter, Game of Thrones, dan Hunger Games terbukti berhasil menarik perhatian pembaca dan tidak bisa dilepaskan dari budaya pop hari ini.
Potongan adegan film adaptasi dari novel Harry Potter (sumber: bustle.com)
Melihat ke belakang, genre novel fantasi juga terus berkembang seiring waktu. Dibandingkan dengan The Hobbit yang tidak memiliki karakter perempuan, buku fantasi hari ini menampilkan perempuan sebagai sosok yang kuat dan berani melalui karakter-karakter seperti Hermione dari Harry Potter dan juga Katniss dalam buku Hunger Games.
Cerita fantasi hari ini juga lebih sulit ditebak karena sudah melebur dengan cerita romansa, misteri atau bahkan thriller. Hasilnya menjadi sebuah genre campuran yang baru. Berarti kedepannya bukan tidak mungkin jika kita akan melihat pengaruh genre fantasi di genre cerita lain. Kita tunggu saja, GenK!
Jadi begitulah, GenK, sejarah perkembangan novel fantasi. Ternyata kemunculannya sudah terjadi sejak lama sekali ya. Apakah kamu termasuk penggemar genre ini? Kalau iya, sekarang kamu pasti akan semakin menyukai genre ini. Sebab, kamu sudah tahu bahwa fantasi ini bukan semata-mata cerita untuk anak saja, tetapi juga telah melalui perkembangan tema dan bentuk seiring zaman.
Jadi, apa novel fantasi favoritmu? 😊
The Lord of The Rings dan Harry Potter, dong!