
Siapa di sini yang suka membaca atau menonton film atau literatur horor? Memang genre ini bukan untuk semua orang karena menegangkan serta menakutkan. Namun justru dua aspek itulah yang menarik untuk para pecinta horor. Genre ini pun terus tumbuh dan berhasil melahirkan plot-plot yang tak terpikirkan sebelumnya. Penasaran? Yuk dibaca!
Awal Perkembangan Literatur Horor
sumber (monsterbrain)Sebagai genre, horor mulai lahir di tahun 1307 terbitnya karya Dante, Inferno. Pengaruh karya Dante dilanjutkan lagi dalam tiga abad oleh karya John Milton, Paradise. Di masa ini, horor masih erat kaitannya dengan keagamaan, sebagai pengingat sekaligus peringat untuk masyarakat agar lebih taat beribadah agar terhindar dari iblis dan nerakanya.
Setelahnya, karya horor baru mengalami revitalisasi di tahun 1700an. Era ini ditandai dengan banyaknya seniman yang melukis setan dan iblis serta kelompok sastrawan horor bernama Graveyard Poets yang dipionirkan oleh Thomas Parnell. Karya-karya mereka kemudian dikenal sebagai prototip dari genre horor gotik.
Genre ini kemudian berkembang lagi berkat karya Horace Walpole yang berjudul The Castle of Otranto (1764), diikuti oleh karya Anne Radcliffe yang berjudul Mysteries of Udolpho (1803). Namun horor gotik baru benar-benar diapresiasi dan meledak setelah Mary Shelley menerbitkan maha karya horor, Frankenstein (1818).
Bahkan genre ini berhasil mempengaruhi literatur anak-anak. Contohnya adalah Grimms’ Fairy Tales (1832) karya Jakob dan Willhelm Grimm serta Tales Told for Children (1835) dan The Little Mermaid (1837) karya Hans Christian Andersen yang versi aslinya mengandung banyak detil mengerikan mengenai kematian anak kecil. Tentunya cerita-cerita ini terinspirasi dari banyaknya kematian karena malnutrisi serta penyakit yang banyak melanda anak-anak.
Seiring berkembangnya teknologi, genre horor pun mulai dikembangkan dalam medium film. Film horor pertama yang dikembangkan adalah Dr. Jekyll dan Mr. Hyde (1908) yang disutradai oleh William N. Selig. Film ini kemudian dikembangkan lagi menjadi film yang lebih panjang di tahun 1910 oleh J. Searle Dawley. Lalu ada Nosferatu (1922) yang mempopulerkan subgenre vampir.
Terjadinya Perang Dunia I, The Great Depression, dan Perang Dunia II justru semakin menggenjot produksi literatur dan film horor. Kejadian-kejadian mengerikan di dunia nyata justru melahirkan banyak inspirasi untuk plot-plot horor selanjutnya. Meski begitu, karya horor baru benar-benar meledak pada tahun 1950an, tepat setelah Amerika Serikat pulih dari kerusakan yang diakibatkan oleh PD II.
Masa-Masa Awal Film Horor

sumber (history)
Film ikonik dari masa ini tentunya adalah Psycho (1950) karya Alfred Hitchcock yang membuat standar baru untuk film horor. Psycho juga membuat setting psikologi sebagai salah satu aspek utama horor dan aspek ini memang ditunjukkan di film-film horor ikonik selanjutnya seperti Rosemary’s Baby (1968), The Exorcist (1973), dan The Omen (1976).
Di tahun ini pula keberadaan monster non-manusia mulai tergeser, digantikan oleh iblis dan psikopat. Tema dan simbol agama Kristiani terus dieksplorasi dan para penulis serta sutradara terus mendorong batasan dari genre ini. Era ini juga melihat naik daunnya psikopat sebagai antagonis berkat The Texas Chainsaw Massacre (1974) dan sukses melahirkan genre baru: slasher. Kesuksesan film ini diikuti oleh Halloween (1978), Friday the 13th (1980), The Shining (1980), dan A Nightmare on Elm Street (1984) yang kemudian memulai tren sekuel dan franchise dalam film.