
Buat kamu GenKreativv yang suka atau tertarik dengan kebudayaan Jepang, kemungkinan besar pasti sudah tahu tentang ini. Tetapi jangan salah, ternyata masih banyak yang salah mengartikan kedua tipe baju tradisional Jepang ini, yaitu aitu Kimono dan Yukata. Dari kedua namanya saja sudah beda, kan? Walaupun memiliki penampakan yang tidak terlalu jauh bahkan hampir sama, tetap saja Kimono dan Yukata adalah hal yang berbeda ya, GenK.

Ilustrasi yukata dan kimono. (Sumber: Japanese History)
Kimono dan Yukata keduanya adalah pakaian tradisional Jepang. Pakaian ini memiliki makna atau lebih dikenal dalam artian kecantikan, gaya, dan estetika tradisionalnya. Kedua jenis pakaian ini hadir dalam berbagai warna dan pola yang cerah dan sering kali ditemui dengan bahan bermotif bunga. Kimono dan yukata adalah jubah panjang penuh, berbentuk T yang memiliki lengan panjang dan diikat dengan ikat pinggang dekoratif. Ada sejumlah aturan kapan dan bagaimana cara mengenakan kimono dan yukata, yang dikenal sebagai kitsuke. Aturan untuk kimono jauh lebih ketat karena mereka dianggap pakaian formal, sedangkan aturan untuk memakai yukata lebih santai.
Apa itu Kimono?

Ilustrasi kimono. (Sumber: Tsunagu Japan)
Kimono, yang diterjemahkan dari Bahasa Jepang menjadi ‘pakaian untuk dipakai’, adalah gaya berpakaian tradisional di Jepang yang berasal dari abad ke-5. Baik pria maupun wanita mengenakan kimono, yang merupakan pakaian longgar, panjang penuh dengan lengan lebar dan diikat dengan selempang.
Kimono, yang secara tradisional terbuat dari sutra, terdiri dari dua belas atau lebih bagian, yang dapat membuatnya agak tebal untuk dipakai. Lapisan pertama adalah pakaian dalam, yang terdiri dari kimono batin yang disebut nagajuban dan hadajuban, yang seperti kaos. Lapisan kimono diamankan di tempat dengan selempang tipis yang disebut himo koshi.
Lapisan kimono luar dikenakan di bagian atas, dilipat dan dipasang dengan hati-hati. Ikat pinggang berwarna-warni yang disebut obi dikenakan di atas kimono luar. Alas kaki kimono tradisional, disebut zori, adalah sepatu seperti sandal yang terbuat dari kain atau vinil dan dijahit di antara jempol kaki. Mereka harus dikenakan dengan kaus kaki putih agar memberikan kesan formal yang estetik.
Untuk kimono pria cenderung lebih sederhana, dan hadir dalam warna-warna yang lebih tenang seperti hitam, abu-abu, coklat, dan biru tua. Awalnya dipakai sebagai pakaian dalam oleh aristokrasi Jepang, kimono kemudian diadopsi sebagai pakaian luar oleh kelas Samurai. Pada acara-acara formal, lazim bagi pria untuk mengenakan kimono sutra hitam formal yang disebut montsuki di atas lapisan putih di bawah kimono, dengan celana tradisional Jepang yang dikenal sebagai hakama.

Ilustrasi pemakaian pada pria dan wanita. (Sumber: Japanese Station)
Pria juga memakai sepatu zori yang biasanya terbuat dari jerami plastik imitasi. Tidak seperti wanita, mereka biasanya tidak diharuskan memakai kaus kaki.
Sejakkimono pertama kali diperkenalkan, gaya berpakaian ini telah bergeser dan berevolusi untuk menunjukkan peringkat dan pekerjaan sosial pemakainya. Saat ini, beberapa orang Jepang mengenakan kimono secara teratur, sehari-hari karena mereka dianggap sangat formal.