
Berbelanja memang menjadi salah satu aktivitas yang menyenangkan. Siapa pun punya alasan dan caranya sendiri untuk berbelanja. Tapi bagaimana kalau kegiatan ini membuat seseorang kecanduan dan berubah menjadi seorang shopaholic? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini, GenK.
Buat sebagian orang, menghabiskan waktu untuk berbelanja merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang dapat dilakukan oleh siapa saja, guna memenuhi kebutuhan pribadi masing-masing. Namun ada kalanya aktivitas yang satu ini juga berubah menjadi sebuah kegemaran dan hobi.
Hobi berbelanja atau yang juga sering disebut dengan istilah ‘shopping’ dapat dengan mudah kamu temui di lingkungan sekitar, atau bahkan kamu sendiri. Bukan hanya sekadar kegemaran untuk berbelanja, hobi ini tidak jarang berujung menjadi sebuah adiksi yang dikenal dengan shopaholic.
Istilah shopaholic mungkin familiar di kalangan masyarakat, dengan merujuk pada orang yang suka belanja, padahal faktanya tidak selalu demikian, GenK. Maka dari itu, supaya kamu lebih paham, yuk baca ulasannya berikut.
Apa Itu Shopaholic?

Ilustrasi shopaholic (sumber: face.ca)
Shopaholic atau yang dalam dunia Psikologi lebih dikenal dengan istilah Oniomania atau Compulsive Buying Disorder (CBD), merupakan jenis kecanduan perilaku (behavioral disorder) yang ditandai dengan obsesi berlebihan untuk berbelanja atau membeli sesuatu yang kemudian memberikan dampak negatif.
Oniomania merupakan kondisi psikis yang benar-benar bisa terjadi pada seseorang dan masuk dalam kategori yang sama dengan kecanduan alkohol dan obat-obatan.
Berbeda dengan orang biasa yang melakukan aktivitas belanja dalam waktu-waktu tertentu atau sesuai dengan kebutuhannya, seorang shopaholic menjadikan belanja sebagai sebuah kewajiban dan kebutuhan itu sendiri. Jadi kalau diibaratkan nih, shopping sudah menjadi semacam passion hidup, GenK.
Penyebab dan Ciri-Ciri Shopaholic

Ilustrasi orang belanja (sumber: giphy.com)
Seperti yang sudah kami jelaskan sebelumnya, shopaholic merupakan kondisi psikis yang dapat dialami oleh seseorang dan benar-benar berbeda dari orang yang hanya menyukai shopping. Sindrom yang dapat terlihat dari para penderita oniomania di antaranya:
- Menghabiskan uang untuk belanja lebih dari kemampuan finansial yang dimilikinya.
- Menjadikan shopping sebagai upaya pelarian dari masalah yang dihadapi dan solusi ketika sedang emosi atau depresi.
- Berbelanja untuk mengurangi rasa bersalah atas kegiatan shopping sebelumnya.
- Kehilangan kendali atas dirinya ketika ingin berbelanja.
- Kerap merasakan dorongan yang kuat untuk berbelanja dan akan merasakan sensasi tidak nyaman jika tidak shopping.
Seseorang dapat menjadi shopaholic dikarenakan berbagai macam faktor, baik dari dalam diri sendiri maupun karena faktor eksternal.

Gambar ilustrasi consumerism (sumber: istockphoto.com)
* Faktor Internal. Shopping merupakan salah aktivitas yang menyenangkan bagi banyak orang. Siapa sih yang tidak bahagia ketika mendapatkan barang yang sudah lama menjadi idaman. Hal ini dikarenakan produksi hormon endorfin dan dopamin oleh otak saat sedang berbelanja.
Berangkat dari rasa bahagia saat belanja inilah yang kerap kali membuat orang menjadikan shopping sebagai cara untuk menyenangkan diri sendiri, khususnya untuk melawan rasa depresi dan mengusir emosi negatif.
* Faktor eksternal. Pengaruh dari lingkungan sekitar juga dapat membuat seseorang menjadi kecanduan shopping. Faktor eksternal yang dimaksud berasal dari lingkungan sosial berupa pergaulan yang dipenuhi oleh para pecinta shopping.
Fenomena consumerism yang dibangun oleh para pelaku bisnis juga menjadi alasan lain yang menyebabkan banyak orang menjadi gemar berbelanja.