
Bekerja dengan ide-ide baru memang selalu menyenangkan. Ini dia yang menjadikan bekerja di industri kreatif menarik. Kamu akan selalu ditantang untuk terus bereksplorasi dengan banyak hal seru. Untuk dapat menjawab tantangan-tantangan tersebut, ada beberapa soft skill yang harus kamu punya.
Industri kreatif merupakan dunia yang terus bergerak tanpa henti. Supaya kamu tetap bisa keep up dan berhasil di industri ini, kamu harus belajar dan mengasah beberapa soft skill khusus nih. Eits, tapi sudah tahukan apa itu soft skill, dan perbedaannya dengan hard skill? Kalau belum, sini kami kasih tahu.
Hard Skill vs Soft Skill

Hard skill vs soft skill (sumber: YouTube GCFLearnFree.org)
Setiap proses melamar kerja, kamu pasti akan ditanya mengenai hard skill dan soft skill. Kedua jenis skill tersebut wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia kerja. Lantas, apa sih perbedaan keduanya?
Hard skill adalah kemampuan yang bersifat teknis, bisa dilihat secara fisik, dan juga diukur. Kemampuan ini berhubungan dengan pengerjaan produk. Contohnya kemampuan bahasa, programming, mengetik, dan lainnya. Kamu dapat belajar hard skill melalui buku, ruangan kelas, maupun lewat training.
Sementara soft skill adalah kemampuan individual yang berhubungan dengan orang lain. Kemampuan ini bersifat subjektif dan lebih sulit untuk diukur daripada hard skill. Beberapa contoh soft skill yang biasa dicari yaitu kemampuan berkomunikasi, leadership, etika kerja, negosiasi, dan masih banyak lagi.
Nah, berikut beberapa jenis soft skill yang dapat kamu kembangkan untuk membantumu sukses di industri kreatif. Mari disimak!
1. Design Thinking
Ide, ide dan ide. Tiada hari tanpa ide di dunia yang mengedepankan kreativitas. Bagi kamu yang bekerja di industri kreatif tentu sadar betul dengan hal ini.
Pola pikir para pekerja kreatif memang beda. Semua hal bisa disulap menjadi hal lainnya atau dilakukan dengan cara yang baru. Inilah yang menjadi salah satu keistimewaan bekerja di industri kreatif.
Untuk menghasilkan suatu ide kreatif, pola pikir juga harus kreatif dong. Pola pikir kreatif juga berguna untuk menyelesaikan sebuah tantangan dengan cara kreatif. Untuk itu kamu harus harus belajar skill yang satu ini, namanya design thinking.
Design thinking merupakan sebuah metode penyelesaian masalah berbasis penggunanya. Metode ini, seperti namanya, banyak digunakan oleh para desainer nih.
Para pengguna produk atau jasa yang kamu ciptakan tentu menghadapi masalah tertentu. Nah, kamu harus memastikan apa yang kamu buat dapat berguna untuk mengatasi masalah tersebut.
Untuk itulah kamu memerlukan pendekatan yang berfokus pada kebutuhan mereka. Dengan begitu, hasil karya kamu dapat diterima dan berguna bagi para penggunanya.
-
5 Tahap Design Thinking

Tahapan Design Thinking (sumber: uxplanet.org)
Proses dalam penyelesaian masalah menggunakan design thinking dilakukan dalam beberapa tahapan berikut:
- Berempati. Ini adalah inti dari soft skill ini. Pahamilah kebutuhan para pengguna, apa yang mereka ingingkan, dan apa tujuan mereka. Kamu dapat melakukan riset untuk mengetahui hal-hal tersebut. Hasil dari tahapan ini adalah data penting untuk tahap-tahap selanjutnya
- Definisikan. Setelah mendapatkan data dari tahapan empati, nyatakanlah masalahnya. Carilah sumber inti dari permasalahan yang dihadapi oleh para pengguna. Apa yang kesulitan mereka? Adakah pola khusus yang kamu temukan? Apa yang harus dilakukan oleh tim kamu dalam menyelesaikannya?
- Buatlah ide. Kamu telah paham akan masalah yang dihadapi para pengguna, berikutnya cari solusi. Ini dia tahapan yang menguji kemampuan berpikir kreatifmu. Lakukanlah brainstorming dan mindmapping untuk menemukan solusi atas permasalah yang ada. Buatlah solusi untuk berbagai skenario yang mungkin terjadi.
- Prototipe, Saatnya kamu mengimplementasikan ide yang kamu miliki dalam bentuk produk. Pada tahapan ini kamu akan mencoba solusi yang telah kamu buat untuk memecahkan masalah. Hasilnya adalah produk yang siap diuji coba.
- Tes. Waktunya kamu untuk uji coba. Produk yang kamu telah hasilkan lalu akan digunakan pada masalah yang ada. Apabila produk tersebut dapat menjadi solusi masalahnya, maka kamu sudah berhasil nih. Jika belum, maka kembalilah pada tahapan sebelumnya dan cari tahu apa yang perlu diperbaiki.