
Kamu jarang mengunggah konten ke media sosial namun tidak bisa berhenti menggunakannya? Jumlah postinganmu hanya sedikit tapi kamu menghabiskan waktu berjam-jam untuk stalking orang lain? Wajar kok, GenK.
Jika dipikir-pikir, entah bagaimana kamu bisa sampai ke profil seseorang yang bahkan tidak pernah kamu temui sebelumnya. Awalnya kamu hanya tertarik dengan fotonya yang menggunakan sneakers edisi terbatas, namun satu jam kemudian kamu telah mengetahui berapa kali ia telah mengganti warna rambut dan siapa nama anjing peliharaannya.
Kamu bahkan bisa berasumsi bahwa ia adalah penyuka kopi susu kekinian karena begitu sering mengunggah foto di berbagai kafe dengan pilihan minum yang sama.
Apabila kejadian tersebut terasa familiar, jangan-jangan kamu memang stalker sejati.
Saking getolnya, kamu bisa menghabiskan berjam-jam scrolling hingga layak dianugerahi predikat detektif amatir karena penelusuranmu yang mendalam di dunia maya. Tapi kamu tahu gak sih kalau stalking itu bisa berbahaya buat kesehatan mental?
Apa Manfaat Stalking?

Ilustrasi stalking (sumber: pexels.com)
Kegiatan stalking pada dasarnya dilakukan untuk mencari tahu tentang seseorang dari media sosialnya. Hal tersebut kamu lakukan karena kamu kepo, ingin tahu siapa dia dan bagaimana perilakunya di media sosial.
Kalau yang kamu stalk adalah seseorang yang kamu kenal—atau ya setidaknya tahu namanya—di dunia nyata, kamu pasti pernah menemukan hal-hal ‘ajaib’ yang tidak kamu sangka. Ngaku deh, kamu pasti sering membandingkan bagaimana seseorang berperilaku di dunia nyata dengan dunia maya. Sampai kamu bingung, sebetulnya yang asli yang mana ya?
Dalam dunia kerja, stalking kadang dilakukan beberapa HRD sebelum merekrut calon pegawainya. Bagi para rekruiter yang sudah melek teknologi, memeriksa media sosial menjadi salah satu cara untuk mengetahui karakter calon pegawai.
Kalau kamu tipikal yang suka mengunggah hinaan politik dan hal-hal berbau SARA, lebih baik dipikir-pikir lagi ya, GenK. Bisa-bisa kamu dicoret dari calon pegawai meski hasil tesnya bagus.

Ilustrasi stalking mantan (sumber: pexels.com)
Di sisi lain, stalking juga dapat membawa dampak yang cenderung buruk. Khususnya buat kamu yang terindikasi bucin alias budak cinta.
Banyak yang menjadikan hobi mengecek akun media sosial ini sebagai cara mengenang seseorang yang kita suka di masa lalu, entah itu mantan pacar atau gebetan. Stalking seakan-akan menjadi pengobat rindu, kamu merasa cukup puas hanya dengan mengetahui bagaimana keadaannya sekarang.
Meski terasa bermanfaat, padahal kebiasaan ini tidak ada faedahnya sama sekali. Kamu masih merasa dekat dengan si dia, padahal itu semua semu, GenK.