
Awalnya, menjadi anak advertising agency tidak pernah terlintas di benak saya. Pada sekitar tahun 2006-2007, ketertarikan saya di dunia iklan justru muncul ketika mendengarkan cerita magang sahabat saya. Ia bekerja di salah satu agensi multinasional ternama yang berlokasi di Jakarta. Setelah lulus kuliah dari fakultas Seni Rupa dan Desain di sebuah Institut di Bandung pada 2008, saya bekerja sebagai Project Manager di sebuah studio ilustrasi yang mengerjakan komik dan aset game untuk Facebook. Pekerjaan saya saat itu tidak bersentuhan langsung dengan dunia kreatif karena Project Manager tugas utamanya adalah mengkoordinasi kebutuhan klien dengan tim kreatif.
Awal Mula Bekerja di Advertising Agency

Dokumen pribadi
Pada tahun 2010, saya diterima menjadi desainer grafis lepas untuk sebuah agensi lokal di bilangan Jakarta Selatan. Saya ingat sekali, tugas pertama saya di hari pertama adalah membuat layout satu halaman koran untuk sebuah merek oli dan pitching untuk mendesain ulang kemasan salah satu produk suplemen dan skin care lokal. Pada tahun yang sama, saya ditawarkan posisi menjadi art director pada tim yang didedikasikan untuk mengerjakan brand-brand rokok lokal milik salah satu raksasa rokok di Indonesia. Di tengah deadline padat yang tiada henti dan menguras emosi, fisik dan mental, saya malah jatuh cinta pada dunia iklan.
“saya sangat menikmati proses menelurkan ide”
Saya tidak tahu banyak soal iklan. Saya lebih banyak belajar tentang iklan dengan mengerjakan brief dan mengejar deadline. Saya juga belajar banyak dari rekan-rekan kerja saya saat bekerja di advertising agency. Salah satu partner tim saya saat itu punya skill yang jauh di atas saya. Wah, kalau karya kami disandingkan bersebelahan, kelihatan sekali kalau desain saya biasa-biasa saja dibandingkan dia! Tapi dari kekurangan ini saya belajar menggali potensi yang lain. Ternyata saya sangat menikmati proses menelurkan ide dan mengerjakan skrip radio ketimbang mendesain (berbanding terbalik dengan partner saya saat itu).

Dokumen pribadi