Community

Mother Earth & Architecture, Menjaga Budaya Suku Dayak Iban di Era Modern

suku dayak iban

Dalam rangka Bintaro Design District 2019, Han Awal & Partners bekerja sama dengan Rumah Asuh, Tirto Utomo Foundation, dan Yayasan Widya Cahya Nusantara (YWCAN) menyelenggarakan pameran, instalasi desain, workshop, dan talkshow diselenggarakan pada 28 November – 7 Desember 2019 pada kantor Han Awal & Partners.

Bertemakan “Mothers Earth & Architecture, on the care of our home through architecture”, garis besar acara ini menampilkan perjalanan masyarakat Dayak di Sungai Utik, pedalaman Kalimantan yang hidup di antara tradisi dan arus modernisasi, GenK.

Mempertahankan Budaya dan Tradisi di Tengah Modernisasi

suku dayak iban

Suku Dayak Iban di Sungai Utik

Seperti yang diketahui, arus modernisasi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena perkembangannya terjadi beriringan dengan kehidupan manusia setiap waktunya. Kita sebagai manusia akan selalu menemukan cara-cara baru nan kekinian guna meningkatkan kualitas hidup. Pokoknya semua sudah serba praktis deh. 🤨

Terjadinya modernisasi tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, masyarakat tradisional pun sedikit demi sedikit sudah mulai terkena dampaknya. 

Apabila efek modernisasi dibiarkan begitu saja tanpa disaring terlebih dahulu, tidak menutup kemungkinan dapat menggerus eksistensi budaya dan tradisi yang diturunkan oleh leluhur.

Hal inilah yang menginspirasi YWCAN, Rumah Asuh, dan Tirto Utomo Foundation memiliki harapan besar untuk bisa mengurangi tergerusnya budaya dan tradisi lokal Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pendampingan kepada masyarakat tradisional Suku Dayak Iban yang tinggal di Sungai Utik.

suku dayak iban

Aktivitas Suku Dayak Iban

Dengan kesatuan visi dan misi, mereka bersama-sama mendampingi Suku Dayak Iban di Sungai Utik untuk tetap mempertahankan karakter, tradisi, dan kepercayaan tradisional meskipun saat ini sudah mulai masuk efek modernisasi dari luar.

Untungnya, upaya pendampingan ini sejalan dengan kekhawatiran yang tengah dirasakan oleh tetua adat Suku Dayak Iban. Mereka ingin tetap maju tanpa merusak hutan adat dan budaya (hutan adat 10.000 ha) yang selama ini mereka jaga. Sayang banget kan kalau semuanya hilang begitu saja? 😥

Pembangunan Rumah Budaya dan Rumah Ibadah

Masih dalam rangka melestarikan budaya dan tradisi Suku Dayak Iban di Sungai Utik, YWCAN, Rumah Asuh, dan Tirto Utomo akan segera merealisasikan pembangunan rumah budaya. 

Diharapkan nantinya bangunan ini dapat mewadahi aktivitas masyarakat tradisional dan sebagai jembatan bagi generasi yang lebih muda untuk tetap mempelajari kebudayaannya sendiri.

Mother Earth & Architecture

Acara Mother Earth & Architecture

Diharapkan nantinya bangunan ini dapat mewadahi aktivitas masyarakat tradisional dan sebagai jembatan bagi generasi yang lebih muda untuk tetap mempelajari kebudayaannya sendiri.

“Ada banyak hal yang istimewa dari masyarakat di Sungai Utik, melalui local wisdom mereka berhasil mempertahankan hutan adat dan Budaya. Hutan adat ini menjadi bagian dari paru-paru dunia,” jelas Brunoto Arifin dari YWCAN.

Adapun bangunan lain yang akan dibangun, yaitu rumah ibadah Gereja Katolik, GenK. Gereja ini dibangun sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat beserta kearifan lokalnya. 

Gereja ini dibangun menggunakan kayu-kayu yang disusun agar jemaat yang sedang beribadah di dalamnya tetap merasa sejuk dari angin di sekitar gereja. Ramah lingkungan sekali bukan?

Yori Antar, selaku Founder Rumah Asuh dan Principal Han Awal & Partner memaparkan, “Selain rumah budaya yang menjadi galeri budaya dan wadah bagi pemberdayaan masyarakat, satu lagi bangunan yang akan dibangun, yaitu rumah ibadah Gereja Katolik yang dirancang dengan menggali nilai-nilai dan kearifan lokal setempat”.

suku dayak iban

Masyarakat Suku Dayak Iban bergotong royong

Apabila kamu datang berkunjung, rumah budaya dan rumah ibadah menjadi inti utama dari pameran Mother Earth & Architecture ini, GenK. Ada banyak foto-foto yang menampilkan aktivitas masyarakat Suku Dayak Iban di Sungai Utik. Salah satu foto yang paling menyentuh hati adalah kerjasama mereka saat bergotong royong. 😍

Kembali lagi soal pameran Mother Earth & Architecture, sebenarnya serangkaian acara lain turut meramaikan pameran yang menyoroti kehidupan Suku Dayak Iban di Sungai Utik.

suku dayak iban

Masyarakat Suku Dayak Iban

Demi Bumi pada 30 November 2019 sempat menyelenggarakan beberapa workshop yang menjadikan semangat Suku Dayak Iban dalam menjaga alamnya sebagai inspirasi. 

Ada pula talkshow yang diadakan pada 4 Desember 2019 yang membahas tentang proses selama pendampingan masyarakat Suku Dayak Iban di Sungai Utik dan bagaimana desain. Selain itu, di sana juga membahas tentang bagaimana desain rumah budaya dan rumah ibadah menjadi representasi dari karakter dan tradisi mereka. Ada Apai Janggut, tetua Suku Dayak Iban yang datang ke acara tersebut.

Puncak acaranya adalah “Dayak Melihat Dunia” yang diselenggarakan pada 6 Desember 2019 dengan menampilkan atraksi tarian Dayak, seni tattoo Dayak, booth Demi Bumi, dan pertunjukan musik yang dimainkan dengan alat musik khas Dayak bernama Sape. 

Semoga saja lewat acara ini, dunia jadi lebih bisa mengenal keindahan alam yang diturunkan oleh nenek moyang masyarakat Suku Dayak Iban di Sungai Utik. Tak lupa jaga juga budaya dan tradisinya agar tidak hilang akibat tergerus perubahan zaman.

About author

Related posts
Community

Produk Paling Dicari di Bulan Ramadhan, Peluang Cuan Tanpa Batas

Community

RUANG INDIEPENDEN 2022 IS BACK

Community

Simplicity of Love : Event for Couple

Community

Semangat Membangun Negeri dari AVO Innovation Technology Lewat Suksesnya Acara Future League Summit 2021