
Beberapa waktu silam, jagat dunia maya sempat dihebohkan dengan kemunculan video pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, yang menimbulkan banyak kontroversi. Dalam video berdurasi sekitar 8 menit tersebut, sang bos Facebook membocorkan skandal penggunaan data yang dilakukan oleh perusahaannya kepada publik. Setelah diusut, video tersebut hanyalah salah satu produk buatan teknologi deepfake.
Apa Itu Deepfake?
Deepfake adalah suatu jenis media berupa video yang telah dimanipulasi dengan menggabungkan gambar dan suara dari orang tertentu menggunakan bantuan teknologi rekayasa digital. Istilah deepfake sendiri merupakan gabungan dari kata deep learning dan fake. Sesuai dengan namanya, deepfake merupakan suatu jenis teknologi Kecerdasan Buatan (AI) yang memanfaatkan sistem deep learning dalam proses pengaplikasiannya.
Konsep dasar dari teknologi deepfake sendiri kurang lebih serupa dengan kemampuan edit gambar yang dimiliki oleh banyak software digital seperti Adobe Photoshop dan Krita. Bedanya, kalau Photoshop hanya mampu mengubah media dalam bentuk gambar, software deepfake digunakan untuk memanipulasi video.
Cara Kerja Teknologi Deepfake
Dengan menggunakan algoritma kompleks dari deep learning, teknologi deepfake bekerja dengan cara mempelajari struktur wajah seseorang dari berbagai angle. Lewat video dan gambar dari target, deepfake mampu membuat kompleks data yang nantinya dapat digunakan untuk menciptakan duplikasi wajah orang tersebut agar bisa dimanfaatkan untuk membuat video palsu sesuai keinginan.

Pemindaian struktur wajah sebagai kompleks data menggunakan Kecerdasan Buatan (sumber: analyticsinsight.com)
Berbeda dengan fitur face swap yang tersedia pada aplikasi seperti Instagram, deepfake mampu mendeteksi serta menyempurnakan wajah seseorang agar pas dan benar-benar ‘menyatu’ dengan target yang dituju. Gak hanya wajah saja loh, tingkah laku, mimik wajah, hingga cara berbicara seseorang juga bisa dimanipulasi oleh teknologi deepfake hingga terlihat seperti aslinya.
Fitur-fitur yang ada pada wajah seseorang dapat disalin dan dipindahkan ke target berkat adanya teknik machine learning yang dinamakan autoencoders dan generative adversarial networks (GANs). Dengan menggunakan metode GANs, gambar dipindai untuk mencari flaws untuk diperbaiki agar hasilnya terlihat lebih sempurna.