
Saat ini, bertani tidak hanya bisa dilakukan di desa. Kamu yang tinggal di kota pun bisa melakukannya dengan konsep urban farming. Urban farming merupakan konsep menghadirkan lahan pertanian di perkotaan yang memiliki lahan terbatas. Dengan urban farming kamu tetap bisa melakukan cocok tanam di lahan-lahan sempit seperti atap rumah, pinggir jalan, dan area sekitar yang belum dimaksimalkan. Kamu bisa menanam sayuran yang mudah untuk ditanam seperti kangkung, bayam, sawi, dan lain-lain.
Apalagi urban farming saat ini sudah cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Kamu bisa mulai memanfaatkan sisa lahan sempit di rumah dengan polybag kecil terlebih dahulu. Jika tidak ada media tanam seperti tanah yang memungkinkan untuk digunakan, kamu bisa beralih menggunakan media tanam yang lain seperti air, hydrogen gel, dan lainnya. Teknik bercocok tanam berupa akuaponik dan hidroponik juga cukup menjanjikan meski kamu tidak memiliki tanah yang subur.
Fakta Urban Farming
Konsep bertani yang cukup populer ini cukup banyak menarik perhatian masyarakat kota. Berikut ini adalah beberapa fakta terkait urban farming yang perlu kamu ketahui.
1. Tidak Hanya Bercocok Tanam

Sumber: pexels.com
Meskipun konsep awalnya berupa membawa konsep bertani ke lahan sempit di kota, urban farming ternyata tidak hanya sebatas bercocok tanam. Kamu bisa melakukan urban farming dengan menambah hal-hal lain seperti beternak. Budidaya yang beragam termasuk dengan memelihara binatang ternak dan ikan akan menjadikan kecukupan nutrisi di kota semakin terjaga.
2. Mengurangi Polusi Udara Kota

Sumber: pexels.com
Urban farming nyatanya mampu membawa tanaman hijau ke ruang kota. Tanaman hijau ini kemudian turut menyumbang peran untuk memproduksi oksigen. Walaupun skalanya kecil, polusi udara di kota bisa lebih baik dengan sumbangan oksigen tanaman-tanaman ini. Jika urban farming lebih digiatkan bukan tidak mungkin jika kualitas udara di kota semakin baik dan suhu panas semakin menurun.