
Tahukah kalian tentang filosofi wabi sabi? Dalam estetika tradisional Jepang, wabi-sabi merupakan pandangan dunia yang terpusat pada penerimaan terhadap kefanaan dan ketidaksempurnaan. Ternyata, Filosofi ini bisa diaplikasikan pada furniture, loh. Penasaran? Simak ulasan lebih lanjutnya!
Apa Itu Filosofi Wabi-Sabi?

Sumber Gambar : Pinterest
Filosofi ini mengajarkan untuk menerima hal yang sebagaimana mestinya dan apa adanya serta melihat keindahan dalam ketidak sempurnaan dari perspektif yang berbeda loh.
Estetika tersebut kadang-kadang dijelaskan sebagai salah satu keindahan yang “tak sempurna, tak kekal, dan tak lengkap”. Ini adalah konsep yang berasal dari ajaran Buddha tentang tiga tanda keberadaan, khususnya kefanaan , penderitaan dan kekosongan atau ketiadaan dari sifat diri.
Lalu bagaimana cara menerapkan konsep tersebut kedalam sebuah furniture?
Pertama kita harus sudah memahami bagaimana karakteristik dari filosofi wabi sabi itu sendiri.
Karakteristik dari Estetika wabi-sabi adalah Asimetri, Kekasaran, Kesederhanaan, Penghematan, Kewajaran, Keintiman, dan Apresiasi terhadap nilai dari benda-benda dan proses alami.
Lalu untuk pengaplikasian estetika wabi- sabi pada desain furniture bisa dengan meng- ekspos ketidak sempurnaan permukaan dan tekstur yang ditampilkan dengan permukaan unfinished seperti goresan paku, lubang pada kayu, ketidak rataan permukaan keramik, material lama yang tidak dipoles lagi, dan sebagainya, sehingga pengguna dapat melihat keindahan dari wujud yang tidak mengikuti standar estetika furniture yang memiliki stigma harus rapi, tidak ada goresan, permukaan rata, simetris, dan sebagainya.
Berikut contoh gambar yang menerapkan estetika wabi-sabi dalam sebuah furniture :
Stool Kayu

Sumber Gambar : Piet Jonker
Stool bermaterial kayu bekas yang diolah kembali tanpa menutup permukaannya sehingga permukaan asli dan warna alami dari kayu tersebut di ekspos dalam sebuah desain yang fungsional dan tidak berlebihan sesuai dengan konsep estetika kesederhanaan wabi – sabi yang lebih cenderung tidak mengubah bentuk dari suatu objek jika hal tersebut tidak diperlukaan dan bersinggungan pada nilai fungsi.
Sideboard/Credenza

Sumber Gambar : franciscosegarra
produk yang satu ini menggunakan material kayu lama kemudian di desain kembali menjadi bentuk baru tanpa memperbaharui finishing permukaan dari material tersebut sehingga memperlihatkan unsur keindahan dari ketidak sempurnaan estetika wabi-sabi yang diterapkan pada keaslian permukaan material kayu dengan hanya diolah menjadi dan mementingkan fungsi dari credenza itu sendiri untuk menyimpan barang.
Letak dari konsep estetika kesederhanaan wabi sabi berbeda-beda tergantung dari perspektif masing-masing individu. Namun yang menyamakan konsep estetika kesederhanaan ini adalah mengutamakan fungsi utama suatu benda. Wabisabi lebih dari wujud estetika dan mengekspos keaslian wujud dari material itu sendiri.
Dari sini bisa kita simpulkan jika kita ingin menerapkan wabi – sabi dalam sebuah desain furniture dapat di poin” kan sebagai berikut :
- Singkirkan tambahan asesoris yang tidak memiliki kegunaan ( Fungsional )
- Gunakan material alami
- Masukkan unsur ketidak sempurnaan kedalam produk
- Desain sederhana dan tidak ramai
Dengan penerapan poin-poin tersebut pada sebuah produk maka suatu produk sudah bisa dikatakan memiliki estetika kesederhanaan wabi-sabi yang memperlihatkan keindahan dari perspektif ketidak sempurnaan suatu produk.