Creativepreneur and Career

Larangan Thrifting, Bagaimana Nasib Penjual Produk Secondhand?

Larangan Thrifting

Pasar Senen yang ada di Jakarta Pusat sudah puluhan tahun dikenal sebagai tempatnya belanja bagi yang suka baju vintage alias secondhand. Bahkan di kalangan anak muda, Pasar Senen kerap menjadi tempat belanja yang gaul dari tahun ke tahun, terutama buat mereka yang suka tampil beda. Lalu bagaimana kondisi Pasar Senen sekarang setelah keluar larangan thrifting dari pemerintah?

Bisnis Thrifting di Pasar Lokal

Sumber Gambar : concreteplayground.com

Bukan hanya Pasar Senen saja yang dikenal sebagai tempatnya pedagang thrifting. Di Jakarta saja, ada satu lagi yang populer, yaitu di Pasar Atom, Passer Baroe. Nyatanya, setelah thrifting dilarang, pasar tetap berjalan seperti biasa dan tetap cukup ramai. Tiap harinya, ada saja pembeli yang datang. 

Menurut para pedagang di Pasar Senen, sebenarnya sudah dari dulu ada larangan untuk jualan baju secondhand. Hanya saja, larangan datangnya dari pemerintah daerah, bukan pemerintah pusat seperti sekarang. Tapi menurutnya, baju secondhand selalu ada pasarnya. Jadi para pedagang baju thrifting yang sudah berjualan selama bertahun-tahun biasanya tidak terlalu kuatir. 

Bisnis Thrifting di Internet

Sumber Gambar : pulsarplatform.com

Seperti yang kita tahu, bisnis thrifting juga banyak dilakukan di dunia maya. Ada yang jualan lewat media sosial seperti Instagram dan TikTok, tak sedikit juga yang berjualan di e-comerce. Nah, setelah ada larangan thrifting, apakah penjual baju secondhand jadi berkurang? 

Diakui seorang pelaku thrifting online, memang di awal banyak pedagang yang sengaja menonaktifkan akun jualan mereka. Tujuannya supaya akunnya tidak diblokir, karena berbagai pihak e-commerce sudah menyatakan kalau mereka akan menindak akun penjual yang terang-terangan mempromosikan thrifting. 

Sama dengan penjual di Pasar Senen, menurut pelaku thrifting di internet pun sama. Baju secondhand punya peminatnya sendiri, jadi pasti ada saja yang mencari. Pedagang memang mengakui ada penurunan jumlah pemasukan di awal larangan thrifting, tapi akhirnya pembeli kembali mencari. Para pedagang mengaku ada beberapa cara berjualan yang harus mereka terapkan sekarang.

Yang pertama, mereka tidak lagi menggunakan tanda pagar yang mempromosikan baju secondhand atau thrifting. Ini berlaku di e-commerce maupun TikTok dan Instagram. Selain itu, beberapa pedagang juga memilih untuk beristirahat dulu sementara hingga situasi mereda. 

Solusi untuk Pedagang Thrifting

Larangan Thrifting

Sumber Gambar : commonsensewithmoney.com

Di Pasar Senen saja, lapak thrifting begitu banyak. Kalau dilarang, maka akan banyak orang kehilangan sumber pemasukan mereka. Maka seharusnya ada solusi yang baik dari pemerintah. Tujuan awal thrifting dilarang adalah karena bisa menghambat kegiatan UMKM lokal, terutama yang bergerak di bidang fashion. Jadi seharusnya pemerintah memberi solusi agar UMKM lebih dimudahkan. 

Salah satunya adalah kemudahan mengurus izin dan biaya yang lebih terjangkau untuk membuat usaha sendiri. Dengan begitu, bukan tidak mungkin para pelaku usaha thrifting jadi beralih ke UMKM. Semangat untuk memiliki usaha sendiri pun akan semakin tinggi. Tentu akan makin baik kalau makin banyak warga yang kreatif dan berani punya usaha sendiri. 

Nah, kalau ini sudah dilakukan, maka pemerintah bisa melanjutkan dengan biaya impor dan pajak yang tinggi untuk baju secondhand atau produk secondhand lainnya. Kalau ini diterapkan, tentu harga baju secondhand jadi tidak semurah sekarang. Kalau harus mengeluarkan uang banyak untuk baju secondhand, tentu kebanyakan orang akan berpikir dua kali. Harus ada solusi yang baik dan tidak merugikan rakyat kalau memang akan menerapkan larangan ini.

kontributorkreativv

Kontributor @ kreativv ID

About author

Related posts
Creativepreneur and Career

Omnichannel Customer Experience: Jelajahi Perjalanan Pelanggan

Creativepreneur and Career

Strategi Customer Retention yang Relevan untuk Tahun 2024

Creativepreneur and Career

Apa Itu Net Promoter Score dan Kenapa Itu Penting?

Creativepreneur and Career

Panduan Crisis Management untuk Marketing Leader